wahabi itu...........
PENDAHULUAN
KERENDAHAN
HATI AL HABIB ABUBAKAR AL ADENI
Sebelum Al-Habib Abubakar
Al 'Adeni bin Abdullah Alaydrus ingin melanjutkan pendidikannya ke kota Aden, beliau diuji oleh
abahnya yaitu Habib Abdullah Alaydrus.
Habib Abdullah memerintahkan anaknya tersebut untuk masuk ke sebuah pasar
di Kota Tarim. Lalu disuruh
mencari di pasar tersebut satu orang saja yang
kira-kira lebih rendah derajatnya
dari pada dirinya (Habib Abubakar). Maka Habib Abubakar pun ke pasar dan
mencari seseorang yang lebih rendah derajatnya.
Beliau menjumpai pengemis lusuh, wanita tua
yang tidak
punya apa-apa dan macam-macam orang yang kelihatannya
secara lahiriyah lebih hina dari beliau. Namun terlintas
di hatinya:
"Sesungguhnya tidak ada yang tau
bagaimana akhir hidup dari seseorang. Kalau mereka mati
dalam keadaan husnul khotimah dan aku tidak. Maka mereka semua
pasti
lebih mulia dari pada aku." Ketika di jalan beliau
mendapati
seekor anjing gila. Terlintas di benak beliau:
"nah anjing ini lebih hina dari aku." Tatkala
ingin dibawa anjing tersebut ke abahnya, terlintas
lagi di hatinya,
"anjing dan hewan-hewan lainnya akan jadi debu di akhirat.
Mereka tidak
dihisab. Sementara
jika aku masuk neraka otomatis anjing ini lebih mulia
daripadaku." Kemudian beliau kembali ke abahnya dan tidak menemukan satupun
makhluk yang lebih hina dari beliau. Lalu sang abah bertanya
dan Habib Abubakar menceritakan kisahnya di pasar tadi
dan abahnya tersenyum
lalu berkata;
"engkau telah
lulus ujian dariku. Sekarang engkau boleh pergi menuntut
ilmu di manapun engkau mau."
Di atas merupakan kisah akhlaq
yang indah dari seorang wali Allah. Padahal kemuliaannya tidak diragukan lagi,
doa-doanya selalu diqabulkan oleh Allah. Bahkan di kota Aden dulu pernah terjadi hujan susu berkat doa beliau yang meminta kepada Allah. Namun
dengan segala kemuliaan tersebut, beliau tidak merasa dirinya lebih
mulia dari siapapun bahkan dari seekor anjing gila.
1
|
Dizaman sekarang ada
beberapa orang pinter tur keminter yang hobbynya berdebat, menyalahkan orang, membid’ah-bid’ahkan
bahkan mengkafirkan. Segala sesuatu yang tidak sependapat dengannya dianggapnya
keluar dari agama.
Yang ada dibenaknya debat, saya akan berpendabat begini, begitu pokoknya sesuatu yang berbeda dari orang lain
yang dianggapnya dirinya paling benar.
Pernah ketika baginda Rosulullah saw
melewati suatu kumpulan yang sedang
membahas suatu perkara yang sangat halus... berkaitan dengan qodo dan qodar
yang sebenarnya tidak patut diperbincangkan terlalu mendalam. Maka
Rosulullah saw mencegah mereka. Kata baginda: Apakah aku diutus kepada kamu untuk ini?, apakah ini yang aku perintahkan kepada kamu?.
Bangun!. Dan kerjakan apa yang kamu diperintahkan.
Dari permasalahan diatas maka untuk generasi muda perlu
membentengi diri atau memperluas
pengetahuanya agar tidak terbawa atau ikut-ikutan mereka yang suka
mencela, menjatuhkan, menghujat, mendebat, membid’ah-bid’ahkan
bahkan mengkafir-kafirkan.
Cobalah menteladani baginda Rosulullah
saw dan beliau Al-Habib Abubakar Al 'Adeni bin Abdullah Alaydrus. Agar kita mempunyai hati yang bening, lisan yang
fasih yang senantiasa berdzikir dan tutur katanya sopan santun dan menyejukan hati serta berfikir positif, tawadu dan mengamalkan
perintahnya, menjauhi larangannya dan beramal shalih.
Bila kita bertemu dengan orang-orang
yang suka membid’ah-bid’ahkan maka sikapilah dengan baik. Dan untuk menghadapi mereka
dengan baik maka perlu ada persiapan pengetahuan yang baik. Dan didalam buku ini ada sedikit pengetahuan untuk bekal kita dalam persoalan tersebut. Moga yang sedikit ini bermanfaat dan moga Allah SWT
meridhoi dan melindungi serta
merahmati kita semua.
Langgen, 7 Juni 2017
Al Faqir Muhammad Darudin
2
|
Syi'ir Tanpo Waton
KH Abdurrahman Wachid
استغفر الله ربّ البرايا # استتغفر الله من الخطا يا
ربّي زدني علما نافعا # ووفّقني عملا صالحا
يا رسول الله سلام عليك # يا رفيع الشان و الدرج
عطفة يا جيرة العالم # يا أهَيل الجود والكرم
ngawiti
ingsun nglarar syiiran
kelawan muji
maring pengeran
kang paring
rohmat lan kenikmatan
rino wengine
tanpa pidungan 2x
duh bolo
konco priyo wanito
ojo mung
ngaji syareat bloko
gur pinter dongeng nulis lan moco
tembe burine
bakal sangsoro 2x
akeh kang apal quran hadise
seneng ngafirke marang liyane
kafire dewe dak digatekke
yen isih kotor ati akale 2x
gampang
kabujuk nafsu angkoro
ing pepahese
gebyare dunyo
iri lan meri
sugihe tonggo
mulo atine
peteng lan nisto 2x
ayo sedulur
jo ngelaleake
wajibe ngaji
sak pranatane
nggo
ngandelake iman tauhide
baguse sangu
mulyo matine 2x
kang aran
sholeh baguse atine
kerono mapan
sari ngelmune
laku
thoriqah lan makrifate
3
|
al quran
qadim wahyu minulyo
tanpa
dinulis iso diwoco
iku wejangan
guru waskito
den
tancepake ing jero dodo 2x
kumantil ati
lan pikiran
mrasuk ing
badan kabeh jeroan
mukjizat
rosul dadi pedoman
minongko
dalan manjinge iman 2x
kelawan
Allah kang moho suci
kudu
rangkulan rino lan wengi
ditirakati
diriyadhahi
dzikir lan
suluk jo nganti lali 2x
uripe ayem,
rumongso aman
dununge roso
tondo yen iman
sabar narimo
najan paspasan
kabeh
tinakdir saking pengeran 2x
kelawan
konco dulur lan tonggo
kang podho
rukun ojo nesio
iku sunahe
rasul kang mulya
nabi
Muhammad panutan kito 2x
ayo nglakoni
sekabehane
Allah kang
bakal ngangkat drajate
senajan asor
toto dhohire
ananging
mulya maqom drajate 2x
4
|
Puisi
KH Mustofa Bisri ( Gus Mus )
Aku pergi Tahlil…kau bilang
amalan jahil…Aku baca Shalawat Burdah…kau bilang itu Bid’ah…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Bertawassul dengan baik…kau bilang aku Musyrik…
Aku ikut Majelis Dzikir…kau bilang aku Kafir…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Shalat pakai Lafadz Niat…kau bilang aku Sesat…
Aku mengadakan Maulid…kau bilang tak ada Dalil yang Valid…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Gemar Berziarah…kau bilang aku Alap-Alap Berkah…
Aku mengadakan Selamatan…kau bilang aku Pemuja Setan…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku pergi Yasinan…kau bilang itu tak Membawa Kebaikan…
Aku ikut Tasawuf Sufi…malah kau suruh aku Menjauhi…
Ya Sudahlah….aku ikut kalian..
5
|
Kan kupanjangkan Jenggot…agar dikira berbobot…
Kan kuhitamkan Jidat…agar dikira Ahli Ijtihad…
Aku kan sering Menghujat…biar dikira Hebat…
Aku kan sering Mencela…biar dikira Mulia….
Ya Sudahlah….Aku pasrah pada Tuhan… Yang kusembah..
Lalu kau nyembah Tuhan yang mana...?
~~~ Cak Nun
dengan tegas menguraikan..!!! ~~~
“ Wis
anggaplah aku ini kafir fir...
terus opo hak mu...?
utowo hak wong liyo terhadap aku...?
Iki menyangkut martabat manusia.... !!!
terus opo hak mu...?
utowo hak wong liyo terhadap aku...?
Iki menyangkut martabat manusia.... !!!
Mengenai
benar kafir tidak orang itu....
wilayahnya Alloh.....
Urusan sesrawung antar manusia ...
adalah ojo nuding-nuding wong,...
itu merendahkan dan menyakiti hatinya....
wilayahnya Alloh.....
Urusan sesrawung antar manusia ...
adalah ojo nuding-nuding wong,...
itu merendahkan dan menyakiti hatinya....
Sedang di
dalam Islam ....
sangat dilarang menyakiti hati orang lain....
sangat dilarang menyakiti hati orang lain....
Wis
anggaplah misalnya Gus Dur itu antek Yahudi....
terus kalian mau apa.....!!!
terus kalian mau apa.....!!!
Apakah
kalian yakin ....
bahwa saya muslim ...?
Dari mana kalian tau saya muslim...?
Kalau ternyata saya hanya akting...?
bahwa saya muslim ...?
Dari mana kalian tau saya muslim...?
Kalau ternyata saya hanya akting...?
Kalau darah
saya halal....
wis gek ndang dipateni ....
dan okeh sing kudu dipateni....!!!
wis gek ndang dipateni ....
dan okeh sing kudu dipateni....!!!
6
|
barangsiapa mau beriman maka berimanlah....
barangsiapa mau kufur...
silakan kufur....!!!
.
Maka....
kepada orang yang kita anggap sesat ...
atau kufur....
mbok wis didongakke wae ...
supaya diberi hidayah oleh Alloh...
Jangan
dituding-tuding...
Itu menghina martabat manusia...
Musuh kita adalah kesempitan ....
dan kedangkalan berpikir...
koyo JARAN....!!!
Itu menghina martabat manusia...
Musuh kita adalah kesempitan ....
dan kedangkalan berpikir...
koyo JARAN....!!!
Anda semua
harus ombo...
dan jembar pikirane....
Harus mengerti kiasan...
dan konteks-konteks....
dan jembar pikirane....
Harus mengerti kiasan...
dan konteks-konteks....
Makanya...
sebelum omong banyak tentang Islam....
yuk belajar dulu jadi manusia....
Manusia yang manusia itu melu keroso loro (sakit)...
kalau ada manusia lainnya disakiti hatinya....
Bahkan kalau kita menyakiti orang lain ...
aslinya kita sendiri juga merasa sakit....
sebelum omong banyak tentang Islam....
yuk belajar dulu jadi manusia....
Manusia yang manusia itu melu keroso loro (sakit)...
kalau ada manusia lainnya disakiti hatinya....
Bahkan kalau kita menyakiti orang lain ...
aslinya kita sendiri juga merasa sakit....
Manusia yang
jembar dan murni ...
itu sesungguhnya pandai merasa (rumongso/ngroso)...
itu sesungguhnya pandai merasa (rumongso/ngroso)...
Rosululloh
saja ketika diprotes sahabat ...
tentang Bilal yang tak bisa mengucap huruf Syin....
kok malah dipilih sebagai muadzin...
justru menjawab...
pokoknya ...
kalau kalian mendengar dia mengucap sin....
padahal yang harusnya syin....
itu maksudnya syin.....
Itulah kearifan Rosululloh...
tentang Bilal yang tak bisa mengucap huruf Syin....
kok malah dipilih sebagai muadzin...
justru menjawab...
pokoknya ...
kalau kalian mendengar dia mengucap sin....
padahal yang harusnya syin....
itu maksudnya syin.....
Itulah kearifan Rosululloh...
Kalau kalian
tidak menerima hal ini....
berarti kamu menghina orang celat....
Bisa kualat kita ...!!!
berarti kamu menghina orang celat....
Bisa kualat kita ...!!!
7
|
Al Imam
Al Musnid Ad Dai ilAllah al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Ada yang bertanya, “Kenapa kau ziarah maqam aulia??
Sedangkan ia tiada
memberi kuasa apa-apa, dan tempat meminta hanya pada Allah..!”
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz menjawab:
"Benar
wahai saudaraku, aku juga sama pegangan denganmu bahwa mereka tidak mempunyai
kekuasaan apa-apa.
Tetapi
sedikit perbedaan aku dengan dirimu, karena aku lebih senang menziarahi mereka
karena bagiku mereka tetap hidup dalam membangkitkan jiwa yang mati ini kepada
cinta Tuhan.
Tapi aku
juga heran, kenapa engkau tidak melarang ku menziarahi ahli dunia, mereka juga
tidak ada kuasa malah mematikan hati yang hidup. Bagiku mereka bagaikan mayat
yang berjalan, rumah mereka adalah pusara yang tiada membangkitkan jiwa pada
cinta Tuhan.
Kematian
dan kehidupan di sisi Allah adalah jiwa. Banyak mereka yang dilihat hidup tapi
sebenarnya mati, banyak mereka yang dilihat mati tapi sebenarnya hidup, banyak
yang menziarahi pusara terdiri dari orang yang mati sedangkan dalam pusara
itulah orang yang hidup.
Aku
lebih senang menziarahi maqam kekasih Allah dan para syuhada walaupun hanya
pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan kematian kerena ia mengingatkan aku
bahwa hidup adalah perjuangan. Karena aku dapat melihat jiwa mereka ada kuasa
cinta yang hebat sehingga mereka dicintai oleh Tuhan Nya lantaran kebenaran
cintanya.
Wahai
saudaraku, ziarahi lah maqam aulia karena pada maqam mereka ada cinta, lantaran
cinta Allah pada mereka, seluruh tempat persemadian mereka dicintai Allah.
Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap hidup dan terus hidup dan akan
melimpah kepada para pencintanya.
8
|
Sayyid Alwi bin
abbas al Maliki bercerita :
"Dahulu Ada Seorang
wanita sedang berdiri di hadapan makam Nabi Saw sambil mngucapkan, " Wahai
Rasul, aku berharap syafa'atmu ". Lalu seorang wahabi melihatnya dan
berkata, "Wahai wanita, kenapa kamu memanggil orang yang tidak dapat mendengar
dan memberi manfaat, tongkatku ini lebih baik dan manfaat dari Muhammad. Kalau
kamu ingin bukti ikutlah denganku ".
Maka wanita itu keluar
masjid bersamanya, dan menemukan unta yang sedang duduk. Wahabi itu berkata
kepada unta tersebut, "Wahai unta, berdiri karena menghormati Muhammad,
bangunlah degan kemuliaan Muhammad, aku bertawassul kepadamu dengan Muhammad
supaya kamu berdiri". Tpi unta itu tidak berdiri. Lalu wahabi itu
memukulnya dengan tongkat, maka unta itu berdiri. Dan berkata pada si wanita,"
Aku sudah katakan tadi padamu bahwa tongkat ini lebih baik dari
Muhammad?".
Maka wanita itu berkata,
"Dudukkanlah kembali unta itu jika kamu idzinkan ". Wahabi itu
mendudukkan kembali unta itu dan ia yakin bahwa wanita itu akan memperdulikan
dan menjadikan pelajaran untuk keluarganya nanti, menurut pemahaman kerdil
wahabi tersebut.
Wanita itu berkata kepada
unta, "Wahai unta, aku memintamu dengan Allah untuk berdiri, aku
bertawassul kepadamu dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Luhur
supaya kamu berdiri, karena memuliakan Allah hendaknya kamu berdiri ".
Tapi unta itu tidak mau berdiri.
Ketika wanita itu memukul
unta dengan tongkat, maka berdirilah unta tersebut. Si wanita berkata kepada
wahabi, " Apakah kamu akan mengatakan bahwa tongkatmu ini lebih baik dari
Allah dan Nama-nama serta sifat-sifat- Nya ?"
Maka wahabi itu terbungkam
tidak mampu menjawab.
Lalu si wanita berkata, " Aku kasih jawaban untukmu, "sesungguhnya unta ini adalah binatang sepertimu yg tidak mengerti "....
Lalu si wanita berkata, " Aku kasih jawaban untukmu, "sesungguhnya unta ini adalah binatang sepertimu yg tidak mengerti "....
9
|
Mencium Tangan sang Guru....
Suatu
ketika ada seorang lelaki berjumpa al Habib Umar bin hafidz.
Dia bertanya kepada Habib Umar : "mengapakah kamu membenarkan anak muridmu menundukkan badan mencium tanganmu. Kamu telah melakukan perbuatan syirik kepada Allah. Sepatutnya yang kita kenal sembah Allah bukan mahkluk. Ini kamu mengajarkan anak muridmu perbuatan syirik." .
Dia bertanya kepada Habib Umar : "mengapakah kamu membenarkan anak muridmu menundukkan badan mencium tanganmu. Kamu telah melakukan perbuatan syirik kepada Allah. Sepatutnya yang kita kenal sembah Allah bukan mahkluk. Ini kamu mengajarkan anak muridmu perbuatan syirik." .
Habib
Umar mendengar dan membalas dengan senyuman kepada lelaki itu. Selepas itu
habib Umar mengambil pulpen yang berada di kantong baju lelaki tersebut lalu
menjatuhkannya ke lantai. Orang itu pun lalu menunduk ingin mengambil
pulpennya, namun Habib Umar menahannnya.
Al
Habib Umar berkata "apa yang akan engkau lakukan, jangan menunduk
kebawah"
Orang itu berkata "tidak, aku ingin mengambil pulpen
ku".
Lalu Habib Umar berkata : "engkau tidak boleh menunduk ke bawah menyembah pulpen, yang kita sembah adalah Allah .
Lalu Habib Umar berkata : "engkau tidak boleh menunduk ke bawah menyembah pulpen, yang kita sembah adalah Allah .
Orang itu berkata "tidak, aku bukan menyembah pulpen,
aku berniat mengambil pulpen ku bukan untuk menyembah." .
Habib
Umar tersenyum. Lalu berkata : "begitu juga dengan pelajar-pelajarku.
Mereka bersalaman dengan menundukkan badan mereka, bukan karena ingin
menyembahku, namun mereka Cuma ingin menghormatiku sebagai guru mereka,
meskipun aku tidak menginginkan/meminta mereka seperti itu. Habib umar
tersenyum manis kepada lelaki itu. Lelaki itupun sangat merasa malu dan segera ia meminta
maaf kepada guru Mulia itu.
Habib Umar bin Muhammad bin salim bin
hafidz.
" Sungguh indah Akhlak beliau yang selalu mengajarkan indahnya Budi Pekerti RASULULLAH SAW"
" Sungguh indah Akhlak beliau yang selalu mengajarkan indahnya Budi Pekerti RASULULLAH SAW"
10
|
GUYONAN GUS DUR....
WAHABI: “Apa
dalil yang Anda gunakan dalam Tahlilan, sehingga komposisi bacaannya beragam
atau campuran, ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an, sholawat dan lain-lain?”
SUNNI:
“Mengapa Anda menanyakan dalil? Apa pentingnya dalil bagi Anda, sedang Anda
tidak mau Tahlilan?”
WAHABI:
“Kalau Tahlilan tidak ada dalilnya berarti bid’ah donk. Jangan Anda lakukan!”
SUNNI:
“Sekarang saya balik tanya, adakah dalil yang melarang bacaan campuran seperti
Tahlilan?”
WAHABI: “Ya
tidak ada.”
SUNNI:
“Kalau tidak ada dalil yang melarang, berarti pendapat Anda yang membid’ahkan
Tahlilan jelas bid’ah. Melarang amal shaleh yang tidak dilarang dalam agama. Kalau Anda tidak setuju dengan komposisi
bacaan dalam Tahlilan, sekarang saya tanya kepada Anda, bacaan dalam sholat itu
satu macam atau campuran?”
WAHABI: “Ya,
campuran dan lengkap.”
SUNNI:
“Berarti bacaan campuran itu ada contohnya dalam agama, yaitu sholat. Kalau
begitu mengapa Anda masih tidak mau Tahlilan?”
WAHABI:
“Kalau sholat kan memang ada tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Kalau campuran dalam Tahlilan kan tidak ada tuntunan?”
SUNNI: “Itu
artinya, agama tidak menafikan dan tidak melarang dzikir dengan komposisi
campuran seperti Tahlilan, dan dicontohkan dengan sholat. Sedangkan pernyataan
Anda, bahwa dzikir campuran di luar sholat seperti Tahlilan, tidak ada
dalilnya, itu karena Anda baru belajar ilmu agama. Coba perhatikan hadits ini:
11
|
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang
selalu mengadakan perjalanan mencari majelis-majelis dzikir. Apabila para
malaikat itu mendatangi orang-orang yang sedang berdzikir dan mengelilingi
mereka, maka mereka mengutus pemimpin mereka ke langit menuju Tuhan Maha Agung
– Yang Maha Suci dan Maha Luhur. Para malaikat itu berkata: “Wahai Tuhan kami,
kami telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang mengagungkan nikmat-nikmat-Mu,
menbaca kitab-Mu, bershalawat kepada nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan memohon kepada-Mu akhirat dan dunia mereka.” Lalu Allah menjawab:
“Naungi mereka dengan rahmat-Ku.” Lalu para malaikat itu berkata: “Di antara
mereka terdapat si fulan yang banyak dosanya, ia hanya kebetulan lewat lalu
mendatangi mereka.” Lalu Allah – Yang Maha Suci dan Maha Luhur - menjawab:
“Naungi mereka dengan rahmat-Ku, mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara
orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. al-Bazzar. Al-Hafizh al-Haitsami
berkata dalam Majma’ al-Zawaid [16769, juz 10, hal. 77]: “Sanad hadits ini
hasan.” Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, hadits ini shahih atau hasan).
Hadits di
atas menjadi dalil keutamaan dzikir berjamaah, dan isi bacaannya juga campuran,
ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an dan sholawat.”
WAHABI:
“Owh, iya ya.”
SUNNI:
“Makanya, jangan suka usil. Belajar dulu yang rajin kepada para Kiai dan ulama
Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jangan belajar kepada kaum Wahabi yang sedikit-sedikit
bilang bid’ah dan syirik.”
WAHABI:
“Terima kasih”.
SUNNI:
“Menurut Anda, Syaikh Ibnu Taimiyah itu bagaimana?”
WAHABI:
“Beliau Syaikhul-Islam di kalangan kami yang Anda sebut Wahabi. Pendapat beliau
pasti kami ikuti.”
12
|
وَسُئِلَ: عَنْ رَجُلٍ يُنْكِرُ عَلَى
أَهْلِ الذِّكْرِ يَقُولُ لَهُمْ
: هَذَا الذِّكْرُ بِدْعَةٌ وَجَهْرُكُمْ فِي الذِّكْرِ
بِدْعَةٌ وَهُمْ يَفْتَتِحُونَ بِالْقُرْآنِ وَيَخْتَتِمُونَ ثُمَّ يَدْعُونَ
لِلْمُسْلِمِينَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ وَيَجْمَعُونَ التَّسْبِيحَ
وَالتَّحْمِيدَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّكْبِيرَ وَالْحَوْقَلَةَ وَيُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم؟" فَأَجَابَ : الِاجْتِمَاعُ لِذِكْرِ اللهِ وَاسْتِمَاعِ كِتَابِهِ وَالدُّعَاءِ عَمَلٌ
صَالِحٌ وَهُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فِي الْأَوْقَاتِ
فَفِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ : ( إنَّ للهِ
مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الْأَرْضِ فَإِذَا مَرُّوا بِقَوْمِ يَذْكُرُونَ
اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إلَى حَاجَتِكُمْ ) وَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ ( وَجَدْنَاهُمْ يُسَبِّحُونَك
وَيَحْمَدُونَك )... وَأَمَّا مُحَافَظَةُ الْإِنْسَانِ عَلَى أَوْرَادٍ لَهُ مِنْ
الصَّلَاةِ أَوْ الْقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الدُّعَاءِ طَرَفَيْ النَّهَارِ
وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ وَغَيْرُ ذَلِكَ : فَهَذَا سُنَّةُ رَسُولِ اللهِ صلى
الله عليه وسلم وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِ اللهِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا. (مجموع
فتاوى ابن تيمية، ٢٢/٥٢٠).
“Ibnu Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang
memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “Dzikir kalian
ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai
dan menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum Muslimin yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid,
tahlil, takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa billaah) dan shalawat
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.?” Lalu Ibn Taimiyah menjawab: “Berjamaah
dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk
qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih
al-Bukhari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
memiliki banyak Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka
bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka
memanggil, “Silahkan sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat
redaksi, “Kami menemukan mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Mu”… Adapun
memelihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca
al-Qur’an, berdzikir atau berdoa, setiap pagi dan sore serta pada sebagian
waktu malam dan lain-lain, hal ini merupakan tradisi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan hamba-hamba Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.”
(Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 22, hal. 520).
13
|
WAHABI:
“Lho, ternyata beliau juga menganjurkan Tahlilan ya. Owh terima kasih kalau
begitu. Sejak saat ini, saya akan ikut jamaah Yasinan dan Tahlilan. Ternyata
ajaran Wahabi tidak punya dalil, kecuali hawa nafsu yang selalu mereka ikuti.”
WAHABI & POLISI
Wahabi
:“Pak Polisi, di tempat saya ada
acara Maulidan, tolong dibubarkan!”
Polisi
: “Apakah di sana terjadi
perkelahian ?”
Wahabi
: “Enggak Pak!”
Polisi
: “Apakah di sana terjadi
pembunuhan?”
Wahabi : “Enggak
Pak!”
Polisi
:
“Apakah di sana terjadi perjudian?”
Wahabi : “Enggak
Pak!”
Polisi
:
“Apakah di sana terjadi pencurian?”
Wahabi :
“Enggak Pak!”
Polisi :
“Kalau di sana tidak terjadi apa-apa, lalu atas dasar apa saya harus
membubarkan Maulidan ?”
Wahabi :
“Masalahnya Maulidan itu tidak ada perintah dari Nabi!”
Polisi :
“Oh begitu yah. Emmm apakah Nabi memerintahkan kalian untuk membubarkan
Maulidan ?”
Wahabi :
“Enggak Pak!”
Polisi :
“Lalu kalian mau membubarkan Maulidan atas perintah siapa ?”
Wahabi :
“Kata pak ustadz Jenggot, Maulidan itu bid’ah Pak, karena tidak ada perintahnya
dari Nabi!”
Polisi :
“Kalau begitu, kamu juga bid’ah dong, Karena membubarkan Maulidan juga tidak
ada perintah dari Nabi ?”
Wahabi :
“Saya ini anti bid’ah Pak, jadi gak mungkin saya melakukan bid’ah!”
14
|
Wahabi : “Iya
dong, kami orang Islam sejati ‘Penegak Sunnah Pembasmi Bid’ah’! Di acara Maulid
itu isinya membaca shalawat, membaca al-Quran, mendengarkan taushiyah,
mendengarkan kisah Nabi dan makan bersama.”
Polisi :
“Lhoh, membaca shalawat kan ada perintahnya. Membaca al-Quran kan ada
perintahnya. Mendengarkan taushyah kan ada perintahnya. Mendengarkan kisah Nabi
kan baik untuk pengetahuan sejarah Islam. Makan bersama juga baik untuk ukhuwah
Islamiyah. Lalu apanya yang salah dan harus dibubarkan ?
” Wahabi :
“Masalahnya mereka itu berisik sekali Pak, telinga saya panas !”
Polisi :
“Kamu ini ada-ada saja. Masa ngaku Islam Penegak Sunnah, mendengar bacaan shalawat,
al-Quran, sejarah Nabi dan taushiyah kok merasa terganggu dan kepanasan ? Kamu
ini setan ya.. ???
” Wahabi : “Tapi Pak...!?”
Polisi : “Sudah, gak usah pakai
tapi-tapian. Dari tadi kamu berisik terus. Ntar kamu sendri yang tak bubarin!”
Sumber: Kiai Luky Hakim
15
|
KISAH PEMBENCI MAULID
Suatu hari Asy Syaikh Abbas Al-Maliki berada di Baitul
Muqaddas Palestina untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW. Di mana saat
itu bershalawat dengan berjamaah.
Saat itulah Beliau melihat seorang pria tua beruban
yang berdiri dengan khidmat mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian
Beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu.
Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak pernah
mau mengakui acara Maulid Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu
adalah Bid’ah Sayyi’ah (bid’ah yang jelek).
Suatu malam ia mimpi duduk di acara Maulid Nabi
bersama sekelompok orang yang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad
SAW ke masjid, maka saat Rasulullah SAW tiba, sekelompok orang itu bangkit
dengan berdiri untuk menyambut kehadiran Rasulullah SAW. Namun hanya ia saja
seorang diri yang tidak mampu bangkit untuk berdiri.
Lalu Rasullullah SAW berkata kepadanya:
“Kamu tidak akan bisa bangkit!”
“Kamu tidak akan bisa bangkit!”
Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan
duduk dan tidak bisa berdiri. Hal ini ia alami selama 1 tahun. Kemudian ia pun
bernadzar jika sembuh dari sakitnya ia akan menghadiri acara Maulid Nabi dengan
bershalawat. Kemudian Allah menyembuhkan nya. Ia pun selalu hadir untuk
memenuhi nadzarnya dan bershalawat dalam acara Maulid Nabi SAW..
(Sumber: Kitab
Al-Hady At-Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi, hal 50-51, karya Sayyid Muhammad
Alwi Al-Maliki)
USTADZ MODERN vs KYAI KAMPUNG
Ada seorang Ustadz Modern (UM) yang gerah melihat
amalan warga kampung yang dipimpin seorang Kyai Kampung (KK)
Akhirnya Ustadz Modern mendatangi Kyai Kampung.
Setelah ucapkan salam, maka terjadilah dialog:
17
|
Mendapat
pertanyaan, Kyai Kampung tak langsung mereaksi. Sang KK mendengarkan dengan
penuh perhatian dan tak langsung menanggapi.
Malah KK itu
menyuruh anaknya mengambil termos berisi kopi dan gelas. Kemudian
mempersilahkan minum.
Tamu itupun
menuangkan kopi ke dalam gelas.
Lalu KK
bertanya dengan santainya: “Kok tidak langsung diminum dari termos saja.
Mengapa dituang ke gelas dulu?”
Kemudian UM
menjawab: ” Ya... ini agar lebih mudah minumnya too kyai..!
Akhirnya KK
memberi penjelasan: ” Itulah jawabannya, mengapa kami tidak langsung mengambil
dari al-Quran dan Hadits. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu’tabar,
ibarat gelasnya, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab mu’tabarah itupun
diambil dari al-Quran dan Hadits, ibarat termosnya, sehingga kami yang awam ini
lebih mudah mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan saat minum
kopi dengan menggunakan gelas, agar lebih mudah minum kopinya, bukankah begitu
? ”
18
|
Guru Mulia Al Habib Umar bin Salim bin Hafidz :
Saya Teringat dari pada suatu kisah mimpi yang
diceritakan oleh Al habib Ahmad bin Ali bin Syeikh Abu Bakar bin Salimbeliau Al
Habib Ahmad bin Ali bin Syeikh Abu Bakar bin Salim dia baca alqur'an kemudian
dia mau menghatamkan,dia niat,"saya mau menghatamkan digubahnya Syeikh Abu
Bakar bin Salim
malam dia mimpi sebelum menghatamkan Alqur'an dia
bermimpi seolah olah dia pergi mau pergi ke gubah Syeikh Abu Bakar bin salim
untuk hatamkan Qur'an dia jalan ketemu orang ditanya mau kemana engkau?
"saya mau ketempat Syeikh Abu Bakar bin Salim mau kemakamnya, kekuburanya
mau hatamin Qur'an maka Syeikh Abu bakar tidak ada ditempat pergi ke makam al
Imam Ahmad bin Isa al Muhajir maka orang tersebut berkata,kalau engkau mau
ketempat Syeikh Abu Bakar bin Salim ayo saya ajak engkau ketempat Ahmad bin Isa
Al muhajir ,"maka ayo ikut maka seperti sayap keluar membawa dia dalam
sesaat kepada Syeikh Abu Bakar bin Salim tempat Ahmad bin Isa Al muhajir
itu ketika ditangganya mau naik kemakam ziarah al Imam
Ahmad bin Isa al Muhajir saya berjumpa Habib Abdurahman bin Ja'far Assegaf
,tatkala saya berjumpa dengan mereka semuanya nih..para aulia lagi pada ngumpul
Aulia Barzah dan Aulia Dunia ngumpul disana tempat Ahmad bin Isa Al muhajir,,
yang hidup berdiri jangan duduk yang duduk itu untuk orang yang sudah meninggal
dunia maka tatkala saya masuk dalam ruangan tersebut saya dapati RASULULLAH SAW
duduk ditengah2 mereka diatas kursi yang lain duduk dibawah semuanya maka aku
tetep berdiri dan aku dengar ucapan dan dialog mereka
maka Syeikh Abu Bakar bin Salim bertanya kepada
Rasulullah Saw "bagaimana pendapamu tentang kejadian- kejadian yang akan
datang menimpa orang orang yang ada dizaman ini,dalam masa - masa dekat ini ?
19
|
Perkembangan Ilmu Hadits
Dewasa ini perkembangan ilmu hadits di dunia akademis
mencapai fase yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya
kajian-kajian ilmu hadits dari kalangan ulama dan para pakar yang hampir
menyentuh terhadap seluruh cabang ilmu hadits seperti kritik matan, kritik
sanad, takhrij al-hadits dan lain sebagainya. Kitab-kitab hadits klasik yang
selama ini terkubur dalam bentuk manuskrip dan tersimpan rapi di rak-rak
perpustakaan dunia kini sudah cukup banyak mewarnai dunia penerbitan.
Namun sayang sekali, dibalik perkembangan ilmu hadits
ini, ada pula kelompok-kelompok tertentu yang berupaya menghancurkan ilmu
hadits dari dalam. Di antara kelompok tersebut, adalah kalangan Mereka yang
Meremehkan Amalan Dari Hadits Dlo,if dalam konteks fadhail al-a’mal,
manaqib dan sejarah, yang dikomandani oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani,
tokoh Wahhabi dari Yordania, dan murid-muridnya. Baik murid-murid yang bertemu
langsung dengan al-Albani, maupun murid-murid yang hanya membaca buku-bukunya
seperti kebanyakan Wahhabi di Indonesia. dengan kata lain mereka Bergaya
Ilmiyah Menfitnah Ilmuwan.
Di
kutip dan di ringkas dari Kitab al-Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’ah Tuhaddid
al-Syari’at al-Islamiyyah.
20
|
Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi VS
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Ada sebuah perdebatan yang menarik tentang ijtihad dan
taqlid, antara Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, seorang ulama
Ahlussunnah Wal-Jama’ah di Syria, bersama Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albani, seorang tokoh Salafi Wahabi dari Yordania.
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Bagaimana cara Anda memahami hukum-hukum Allah, apakah Anda
mengambilnya secara langsung dari al-Qur’an dan Sunnah, atau melalui hasil
ijtihad para imam-imam mujtahid?”
Al-Albani
menjawab: “Aku membandingkan antara pendapat semua imam mujtahid serta
dalil-dalil mereka lalu aku ambil yang paling dekat terhadap al-Qur’an dan
Sunnah.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Seandainya Anda punya uang 5000 Lira. Uang itu Anda simpan
selama enam bulan. Kemudian uang itu Anda belikan barang untuk diperdagangkan,
maka sejak kapan barang itu Anda keluarkan zakatnya. Apakah setelah enam bulan
berikutnya, atau menunggu setahun lagi?”
Al-Albani
menjawab: “Maksud pertanyaannya, kamu menetapkan bahwa harta dagang itu ada
zakatnya?”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Saya hanya bertanya. Yang saya inginkan, Anda menjawab
dengan cara Anda sendiri. Di sini kami sediakan kitab-kitab tafsir, hadits dan
fiqih, silahkan Anda telaah.”
Al-Albani menjawab:
“Hai saudaraku, ini masalah agama. Bukan persoalan mudah yang bisa dijawab
dengan seenaknya. Kami masih perlu mengkaji dan meneliti. Kami datang ke sini
untuk membahas masalah lain”.
Mendengar
jawaban tersebut, Syaikh al-Buthi beralih pada pertanyaan lain: “Baik kalau
memang begitu. Sekarang saya bertanya, apakah setiap Muslim harus atau wajib
membandingkan dan meneliti dalil-dalil para imam mujtahid, kemudian mengambil
pendapat yang paling sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah?”
Al-Albani
menjawab: “Ya.”
21
|
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Maksud jawaban Anda, semua orang memiliki kemampuan
berijtihad seperti yang dimiliki oleh para imam Madzhab dalam Islam? Bahkan
kemampuan semua orang lebih sempurna dan melebihi kemampuan ijtihad para imam
madzhab. Karena secara logika, seseorang yang mampu menghakimi
pendapat-pendapat para imam madzhab dengan barometer al-Qur’an dan Sunnah,
jelas ia lebih alim dari mereka.”
Al-Albani
menjawab: “Sebenarnya manusia itu terbagi menjadi tiga, yaitu muqallid (orang
yang taklid), muttabi’ (orang yang mengikuti) dan mujtahid. Orang yang mampu
membandingkan madzhab-madzhab yang ada dan memilih yang lebih dekat pada
al-Qur’an adalah muttabi’. Jadi muttabi’ itu derajat tengah, antara taklid dan
ijtihad.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Apa kewajiban muqallid?”
al-Albani
menjawab: “Ia wajib mengikuti para mujtahid yang bisa diikutinya.”
Syaikh
al-Buthi bertanya; “Apakah ia berdosa kalau seumpama mengikuti seorang mujtahid
saja dan tidak pernah berpindah ke mujtahid lain?” al-Albani menjawab: “Ya, ia
berdosa dan haram hukumnya.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Apa dalil yang mengharamkannya?”
Al-Albani
menjawab: “Dalilnya, ia mewajibkan pada dirinya, sesuatu yang tidak diwajibkan
Allah padanya.”
Syaikh
al-Buthi bertanya: “Dalam membaca al-Qur’an, Anda mengikuti qira’ah-nya siapa
di antara qira’ah yang tujuh?”
Al-Albani
menjawab: “Qira’ah Hafsh.”
Al-Buthi
bertanya: “Apakah Anda hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja? Atau setiap hari,
Anda mengikuti qira’ah yang berbeda-beda?”
Al-Albani
menjawab: “Tidak. Saya hanya mengikuti qira’ah Hafsh saja.”
22
|
Al-Albani
menjawab: “Saya tidak sempat mempelajari qira’ah-qira’ah yang lain. Saya
kesulitan membaca al-Qur’an dengan selain qira’ah Hafsh.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Orang yang mempelajari fiqih madzhab al-Syafi’i, juga tidak
sempat mempelajari madzhab-madzhab yang lain. Ia juga tidak mudah memahami
hukum-hukum agamanya kecuali mempelajari fiqihnya Imam al-Syafi’i.
Apabila Anda mengharuskannya mengetahui semua ijtihad
para imam, maka Anda sendiri harus pula mempelajari semua qira’ah, sehingga
Anda membaca al-Qur’an dengan semua qira’ah itu. Kalau Anda beralasan tidak
mampu melakukannya, maka Anda harus menerima alasan ketidakmampuan muqallid
dalam masalah ini. Bagaimanapun, kami sekarang bertanya kepada Anda, dari mana
Anda berpendapat bahwa seorang muqallid harus berpindah-pindah dari satu
madzhab ke madzhab lain, padahal Allah tidak mewajibkannya. Maksudnya
sebagaimana ia tidak wajib menetap pada satu madzhab saja, ia juga tidak wajib
berpindah-pindah terus dari satu madzhab ke madzhab lain?”
Al-Albani
menjawab: “Sebenarnya yang diharamkan bagi muqallid itu menetapi satu madzhab
dengan keyakinan bahwa Allah memerintahkan demikian.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Jawaban Anda ini persoalan lain. Dan memang benar demikian.
Akan tetapi, pertanyaan saya, apakah seorang muqallid itu berdosa jika menetapi
satu mujtahid saja, padahal ia tahu bahwa Allah tidak mewajibkan demikian?”
Al-Albani
menjawab: “Tidak berdosa.”
Syaikh
al-Buthi berkata: “Tetapi isi buku yang Anda ajarkan, berbeda dengan yang Anda
katakan. Dalam buku tersebut disebutkan, menetapi satu madzhab saja itu
hukumnya haram. Bahkan dalam bagian lain buku tersebut, orang yang menetapi
satu madzhab saja itu dihukumi kafir.” Menjawab pertanyaan tersebut,
al-Albani
kebingungan menjawabnya.
23
|
Dialog tersebut menggambarkan, bahwa kaum Wahhabi
melarang umat Islam mengikuti madzhab tertentu dalam bidang fiqih.
Tetapi ajakan tersebut, sebenarnya upaya licik mereka
agar umat Islam mengikuti madzhab yang mereka buat sendiri.
Tentu saja mengikuti madzhab para ulama salaf, lebih
menenteramkan bagi kaum Muslimin. Keilmuan, ketulusan dan keshalehan ulama
salaf jelas diyakini melebihi orang-orang sesudah mereka.
Wallohu
‘Alam ….
UNTUNG NABINYA BUKAN ANDA!!
Untuk ANDA Yang Punya hobi Membid'ahkan dan Menyesatkan
Untuk ANDA Yang Punya hobi Membid'ahkan dan Menyesatkan
Oleh: K. H. Nidhom Subki Tumpang Malang
Beruntung sekali kita dijadikan ummat Nabi Muhammad
SAW. Nabi yang Rouuf, Nabi yang Rohiim. Nabi yang punya misi rahmatan lil
'alamin. Nabi yang punya prinsip " Buat Mudah jangan buat sulit!".
"Gembirakan jangan kau takut-takuti". "Dekati! Jangan buat
lari!". "Yassiru wa laa Tu'assiruu!", "Bassyiru wa laa
tundziru!" ....
Tak bisa dibayangkan jika Nabinya adalah ANDA,
golongan yang punya kebiasaan unik tapi sangat tidak menarik, yaitu
membid'ah-bid'ahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafir-kafirkan saudaranya
sendiri. Coba lihatlah bagaimana Rosululloh SAW memberikan contoh dalam
menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus.
Ya .... semua ini, hal-hal baru ini terjadi di zaman
Rasululloh SAW. Antara lain:
Pertama;
24
|
Lalu bagaimanakah respon Rosululloh SAW ? apakah
Rosululloh berkata : "Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam
ibadah. Engkau telah berbuat bid'ah! Engkau telah sesat! Nerakalah
tempatmu!". Apakah Rosululloh SAW berkata seperti itu?.
Sama sekali TIDAK, sekali lagi .... TIDAK!!. Bahkan
Rosululloh SAW memuji Bilal, "Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal
!!!" ..... (diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam sunan, al-Hakim dalam
al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu'abul iman).
Beruntung sekali Bilal, karena ...... Nabinya bukan
ANDA!!!!! .....
Kedua;
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme,
Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh
orang-orang qurays, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya ditiang salib.
Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang
dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman
orang-orang kafir. (silahkan lihat al-mu'jamul kabir atthabrani, juga diriwayatkan
al-Bukhori dan Ahmad)
Sholat dua roka'at yang dilakukan oleh Khubaib muncul
dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang
paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat.
Rasululloh SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, misalnya
Rasululloh SAW memerintahkan "Sholatlah dua roka'at sebelum engkau di
bunuh oleh orang-orang kafir!". Tidak! .... Nabi SAW tidak mengajarkannya.
Lalu apakah Rasululloh SAW kemudian berkata seperti perkataan ANDA! Apakah Nabi
SAW menyesatkan Khubaib sebagaimana ANDA menyesatkan saudara ANDA sendiri!
Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau
berkata "Khubaib telah sesat, ia telah berbuat bid'ah!" ..... tidak! Sekali
lagi Tidak! ....
Beruntung sekali Khubaib Bin Adi, karena ..... Nabinya
bukan ANDA!!!
Ketiga;
25
|
Maa Syaa Allah .... inilah Nabiku, inilah Nabi anda
... inilah Nabi kita.
Lihatlah!!! ..... Apakah Nabi langsung melotot seperti
ANDA sambil teriak, "SESAT KAU!!", "BID'AH KAU!", "Engkau
telah membuat hal-hal baru dalam agama, engkau melakukan sesautu yang tidak aku
contohkan, yang tidak aku ajarkan!!!" . "NERAKA TEMPATMU!!".
TIDAK! Sekali lagi TIDAKK! ... Maknyesss Rasulullah
SAW berkata "APA YANG ENGKAU CINTAI MEMBAWAMU KE SURGA". Clepp ...
ademm
AH .... beruntung sekali sahabat itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA !!!
AH .... beruntung sekali sahabat itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA !!!
Keempat;
Qotadah bin Nu'man, sebagaimana diceritakan al-Hafidh
ibn Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang
surat al-ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian
dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Apakah Nabi akan
merespon seperti ANDA? . Apakah Nabi mengatakan "jika itu baik pasti aku
lebih dulu mengerjakannya". Apakah Nabi berkata, "Engkau melakukan
ibadah tanpa contoh dariku! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK
!!! sekali lagi TIDAK !!!. Malah sebaliknya Rasulullah SAW dengan lembut dan
motifasi yang tinggi beliau berkata " Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggamannya, surat al-Ikhlash itu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an".
Ah .... beruntung sekali sahabat Qotadah bin Nu'man
itu, karena .... NABINYA BUKAN ANDA!
Kelima;
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan
dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali ANDA
yang hobi membid'ahkan.
26
|
Mu'adz bin jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan
setelah salam beliau menambah raka'at yang tertinggal. Hal ini ia lakukan
semata-mata karena kecintaannya pada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau
ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam
dalam hal ini Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan
Mu'adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi
SAW mengatakan seperti perkataan ANDA, " Engkau melakukan ibadah menurut
kreasimu sendiri! Ibadahmu sia-sia! Bid'ah Kau! Sesat kau! .... TIDAK !!!
sekali lagi TIDAK !!! bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, "
sesungguhnya Mu'adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian,
lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu'adz!" . dan hingga sekarang kita
melakukan apa yang dilakukan oleh Mu'adz bin Jabal. ALHAMDULILLAH
Beruntung sekali Mu'adz Bin Jabal karena disetiap
gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat,
Mu'adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia lah yang memulai cara
yang baik itu. Dan beruntung sekali, karena ........... Nabinya bukan ANDA!!!
Sebenarnya masih ada ke enam, ke tujuh, ke delapan ...
dan seterusnya. Anda bisa mencarinya sendiri, bukankah anda adalah kelompok
yang paling ngerti hadits Nabi Kami
Saudaraku ... anda yang ngaku paling ngerti sunnah !
bukankah sikap Nabi SAW di atas juga sunnah? Bukankah perkataan Nabi SAW pada
Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada
Qotadah, perkataan Nabi SAW pada Mu'adz, bukankah ucapan-ucapan seperti itu
juga sunnah. Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram,
membuat damai, memberi motifasi? .... tapi entahlah mengapa anda hanya berkutat
pada sunnah sekitar celana dan janggut saja. Anda terlalu serius pada hadits
kullu bid'atin dlolalatun hingga lupa ada hadits man sanna sunnatan hasanatan .
eh ... maaf saya sudah suul adab, menjelaskan sunnah pada antum. Bukankah antum
yang lebih faham sunnah.
Tapi ... ya sudahlah ! teruskan saja membid'ah-bid'ahkan,
menyesatkan-nyesatkan, mengkafir-kafirkan. Kami akan tetap bahagia dan terima
kasih untuk anda, karena anda kami bisa lebih bersyukur .... KARENA
ALHAMDULILLAH, ...... NABI KAMI BUKAN ANTUM
27
|
Ketika
KH Idham Chalid Mengimami Shalat Subuh Muhammadiyah dan Buya Hamka Mengimami
Shalat Subuh NU
___________________________
___________________________
Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat
Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul
Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu
sedang melakukan Sholat Subuh berjama’ah di kapal laut ketika perjalanan ke
tanah suci.
Di Indonesia, ada banyak organisasi yang berasaskan
Islam yang dapat ditemukan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis,
Al Irsyad, dan lain sebagainya. Diantara organisasi itu, NU dan Muhammadiyah,
adalah salah satu organisasi Islam terbesar yang banyak penganutnya di
Indonesia. Perlu diketahui bahwa kedua organisasi ini sering disalah artikan
sebagai suatu aliran dalam Islam seperti halnya aliran Mu’tazilah, Qadariyah,
Jahmiyah, dan lain-lain. Padahal, keduanya hanyalah sebagai organisasi massa
(ormas) yang lebih tepatnya disebut sebagai organisasi Islam.
28
|
Perbedaan yang ada, seperti dalam masalah furu’iyyah
(cabang agama), metode dakwah, cakupan, dan sebagainya justru akan membuat
ormas-ormas tersebut akan saling menguatkan dan menopang dakwah. Menjadi sarana
berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan dalam Al
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 148. Hanya saja, memang tidak bisa dipungkiri,
adanya sebagian oknum yang picik pandangan, saling sikut dengan sesama
saudaranya, bahkan saling hujat, hanya karena berbeda organisasi dan bendera
dakwah. Orang-orang seperti ini harus segera disadarkan. Karena sadar atau
tidak sadar dia telah melakukan kemungkaran besar, yang bukan saja akan
berimbas pada dirinya, tetapi mudharatnya bisa menimpa jama’ah kaum muslimin
pada umumnya.
Betapa indahnya hidup ini jika kita bisa mempererat
tali ukhuwah diantara kita sehingga perbedaan yang terjadi tak akan mampu
mempecah belah persaudaraan kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al
Hujurat ayat 10 yang menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara. Dan Rasulullah SAW pun menambahkan bahwa orang mukmin itu ibarat
satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan
merasakan sakitnya. Di hadits lain pun disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda
barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sungguh indah persaudaraan
Islam ini.
Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat
Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul
Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu
sedang melakukkan perjalanan ke tanah suci. Saat sedang dalam perjalanan menuju
tanah suci di dalam sebuah kapal laut, waktu melakukan sholat subuh berjamaah,
para pengikut Nadhlatul Ulama heran saat KH Idham Cholid yang mempunyai
kebiasaan menggunakan doa qunut dalam kesehariannya, malah tidak memakai doa
qunut tatkala Buya hamka dan sebagian pengikut Muhammadiyah menjadi makmumnya.
Demikian pula sebaliknya, tatkala Buya Hamka mengimami
shalat subuh, para pengikut Muhammadiyah merasa heran ketika Buya Hamka membaca
doa qunut karena KH Idham Cholid dan sebagian pengikut NU menjadi makmumnya.
29
|
Inilah para pemimpin yang sebenarnya yang begitu dalam
dan luas keilmuan dan wawasannya. Meskipun terdapat perbedaan pendapat tetapi
tetap bersatu dalam persaudaraan. Mereka lebih mengedapankan ukhuwah Islamiyyah
ketimbang masalah khilafiah yang tidak akan ada ujungnya. Mereka tidak mengenal
istilah saling mencela, mengejek, atau saling menuduh sesama muslim yang
berbeda pandangan yang justru akan menimbulkan suatu fitnah.
Namun, sayangnya banyak dari orang-orang yang mengaku
menjadi pengikut pemimpin mereka malah tidak bisa mencontoh sifat kebesaran
jiwa yang ditunjukan para pemimpinnya. Banyak diantara mereka saling
meributkan, menyibukan diri dengan mencari-cari perbedaan, dan menyalahkan satu
sama lain yang berbeda pendapat dan tidak jarang saling mengejek dan menghina
bahkan sampai menyesatkan sesama muslim yang berseberangan dengannya. Mereka
tidak sadar bahwa tindakan yang dilakukannya hanya memecah belah umat dan sungguh
ini adalah perbuatan yang lebih hina di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ini adalah fakta dan memang benar adanya. Contoh yang
paling nyata adalah menjamurnya tulisan-tulisan di berbagai media khususnya
media online seperti blog atau website yang memaparkan pendapat-pendapat yang
dianggap paling benar sendiri dan menyalahkan orang lain sesama muslim yang
berbeda pendapat dengannya. Apa yang mereka utarakan sebenarnya hanyalah foto
copy alias copy paste dan taqlid dari orang lain, bukan lahir dari keluasan
ilmu, kefaqihan dan kealiman, apalagi dari kerendahan hatinya. Tapi sayangnya,
sikap dan perilaku mereka, seolah mufti tertinggi. Tidak seperti para Imam
Ahlus Sunnah yang sangat bijak dalam menyikapi khilafiyah khususnya dalam
keragaman amal syariat.
30
|
Mereka baru dipermukaan, tapi sayangnya bertingkah
bagai penyelam ulung. Nasihat bagi mereka selalu ditolak, kecuali hanya dari kelompoknya
saja. Sungguh, sebenarnya mereka sangat layak dikasihani. Mereka tidak tahu
bahwa kesalahan ijtihad tetap dihargai satu pahala oleh syariat, tetapi justru
mereka menghargainya dengan tuduhan ‘sesat’, dan ‘bid’ah.’ Mereka menampilkan
Islam dengan wajah yang keras, padahal itu adalah pengaruh dari kepribadian
mereka sendiri, bukan Islam.
Cobalah saudaraku, berpikiran jernih dan dewasa,
elegan dan bijak, dalam menghadapi khilafiyah fiqhiyah. Contohlah sikap para
imam yang anda pegang, betapa kebesaran hati mereka mampu menjaga ukhuwah yang
terjalin. Sikap seperti inilah yang seharusnya kita terapkan dalam menyikapi
perbedaan diantara sesama kita sebagai umat Islam. Para imam adalah pemandu
kita, kalau bukan mengikuti mereka, siapa lagi yang kita ikuti. Emosi dan hawa
nafsu serta syetan laknatulloh?
Wallahu a’lam
Wallahu a’lam
Prof. DR. Hamka
Sewaktu baru kepulangannya dari Timur Tengah, Prof.
DR. Hamka, seorang pembesar Muhammadiyyah, menyatakan bahwa Maulidan haram dan
bid’ah tidak ada petunjuk dari Nabi Saw., orang berdiri membaca shalawat saat Asyraqalan
(Mahallul Qiyam) adalah bid’ah dan itu berlebih- lebihan tidak ada petunjuk
dari Nabi Saw.
Tetapi ketika Buya Hamka sudah tua, beliau berkenan
menghadiri acara Maulid Nabi Saw saat ada yang mengundangnya. Orang-orang
sedang asyik membaca Maulid al-Barzanji dan bershalawat saat Mahallul Qiyam,
Buya Hamka pun turut serta asyik dan khusyuk mengikutinya. Lantas para muridnya
bertanya: “Buya Hamka, dulu sewaktu Anda masih muda begitu keras menentang acara-acara
seperti itu namun setelah tua kok berubah?”
Dijawab oleh Buya Hamka: “Iya, dulu sewaktu saya muda kitabnya
baru satu. Namun setelah saya mempelajari banyak kitab, saya sadar ternyata
ilmu Islam itu sangat luas.”
31
|
Namun setelah Buya Hamka menginjak usia tua, beliau
tiba-tiba membaca doa Qunut dalam shalat Shubuhnya. Selesai shalat, jamaahnya
pun bertanya heran: “Buya Hamka, sebelum ini tak pernah terlihat satu kalipun
Anda mengamalkan Qunut dalam shalat Shubuh. Namun mengapa sekarang justru Anda
mengamalkannya?”
mengamalkannya?”
Dijawab oleh Buya Hamka: “Iya. Dulu saya baru baca
satu kitab. Namun sekarang saya sudah baca seribu kitab.”
Gus Anam (KH. Zuhrul Anam) mendengar dari gurunya,
Prof. DR.As-Sayyid Al-Habib Muhammad bin Alwi al- Maliki Al-Hasani, dari gurunya Al-Imam Asy-yaikh Said Al-Yamani yang
mengatakan: “Idzaa zaada nadzrurrajuli waktasa’a ikruhuu qalla inkaaruhuu ‘alannaasi.”
(Jikalau seseorang bertambah ilmunya dan luas cakrawala pemikiran serta sudut pandangnya,
maka ia akan sedikit menyalahkan orang lain).
Kisah Cerita Seorang Habaib Ketika Menunaikan Ibadah
Haji
(Dikisahkan oleh Al Alim Al Allamah Maulana Al Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya).
Suatu ketika seorang Habaib dari Hadramaut ingin
menunaikan ibadah haji dan berziaroh ke kakeknya Rasulullah SAW. Beliau
berangkat dengan diiringi rombongan yang melepas kepergiannya. Seorang Sulton
di Hadramaut, kerabat Habib tersebut, menitipkan Al-Qur’an buatan tangan yang
terkenal keindahannya di jazirah arab pada saat itu untuk disampaikan kepada
raja Saudi.
Sesampai di Saudi, Habib tersebut disambut hangat
karena statusnya sebagai tamu negara. Setelah berhaji, beliau ziarah ke makam
Rasulullah. Karena tak kuasa menahan kerinduannya kepada Rasulullah, beliau
memeluk turbah Rasulullah. Beberapa pejabat negara yang melihat hal tersebut
mengingkari hal tersebut dan berusaha mencegahnya sambil berkata, “Ini bid’ah
dan dapat membawa kita kepada syirik.” Dengan penuh adab, Habib tersebut
menurut dan tak membantah satu kata pun.
32
|
Berkatalah sang Habib, “Jangan kau cium Qur’an
tersebut… Itu dapat membawa kita kepada syirik!” Sang raja menjawab, “Bukanlah
Al Qur’an ini yang kucium, akan tetapi aku menciumnya karena ini adalah
KALAMULLAH!”
Habib berkata, “Begitu pula aku, ketika aku mencium
turbah Rasulullah, sesungguhnya Rasululullah-lah yang kucium! Sebagaimana
seorang sahabat (Ukasyah) ketika menciumi punggung Rasulullah, tak lain adalah
karena rasa cinta beliau kepada Rasulullah. Apakah itu syirik?!”
Tercengang sang raja tak mampu menjawab.
Kemudian Habib tersebut membaca beberapa bait syair
Majnun Layla yang berbunyi,
Marortu ‘alad diyaari diyaaro laila # Uqobbilu dzal
jidaari wa dzal jidaaro
Fa ma hubbud diyaar, syaghofna qolbi # Wa lakin hubbu
man sakana diyaro
Aku melewati sebuah rumah, rumah si Layla #
dan aku menciumi setiap dinding-dindingnya
Bukanlah
karena aku mencintai sebuah rumah yg membuat hatiku hanyut dlm cinta #
akan tetapi karna cintaku kepada sang penghuni rumah.
WAHABI BERTANYA
saya mau
bertanya ...
1. siapakah
yang memimpin tahlilan pada saat RASULULLAHU SAW wafat ?
2. siapakah
yang memimpin tahlilan pada saat imam syafi'i wafat ?
Jawaban
33
|
2. yang
memimpin tahlilan ketika imam syafi'i wafat adalah seorang wali (penguasa) yang
bernama Muhammad bin as-Suri bin al-Hakam, muhammad bin as-suri bin al-hakam
adalah seseorang yang diwasiatkan oleh imam syafi'i, apabila beliau wafat agar
dimandikan dan diurus oleh muhammad bin as-suri bin al hakam, dari memandikan,
memimpin sholat jenazah, menguburkan, mendo'akan serta tahlilan bersama jama'ah
yang lain yang hadir saat imam syafi'i wafat, ... kisah detik detik wafatnya
imam syafi'i dan wasiatnya tertulis dalam tarikh sejarah, dan bahkan wikipedia
juga ada kok menuliskan ini berikut cuplikan kisah wafatnya imam syafi'i :
-------------------------------------------------------
Pada suatu hari, Imam Syafi'i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Pada suatu hari, Imam Syafi'i terkena wasir, dan tetap begitu hingga terkadang jika ia naik kendaraan darahnya mengalir mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaus kakinya. Wasir ini benar-benar menyiksanya selama hampir empat tahun, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir, menghasilkan empat ribu lembar. Selain itu ia terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Pada suatu hari muridnya Al-Muzani masuk menghadap dan
berkata, "Bagamana kondisi Anda wahai guru?" Imam Syafi'i menjawab,
"Aku telah siap meninggalkan dunia, meninggalkan para saudara dan teman,
mulai meneguk minuman kematian, kepada Allah dzikir terus terucap. Sungguh,
Demi Allah, aku tak tahu apakah jiwaku akan berjalan menuju surga sehingga
perlu aku ucapkan selamat, atau sedang menuju neraka sehingga aku harus berkabung?".
Setelah itu, dia melihat di sekelilingnya seraya
berkata kepada mereka, "Jika aku meninggal, pergilah kalian kepada wali
(penguasa), dan mintalah kepadanya agar mau memandikanku," lalu sepupunya
berkata, "Kami akan turun sebentar untuk salat." Imam menjawab,
"Pergilah dan setelah itu duduklah disini menunggu keluarnya ruhku."
Setelah sepupu dan murid-muridnya salat, sang Imam bertanya, "Apakah
engkau sudah salat?" lalu mereka menjawab, "Sudah", lalu ia
minta segelas air, pada saat itu sedang musim dingin, mereka berkata,
"Biar kami campur dengan air hangat," ia berkata, "Jangan,
sebaiknya dengan air safarjal". Setelah itu ia wafat. Imam Syafi'i wafat
pada malam Jum'at menjelang subuh pada hari terakhir bulan Rajab tahun 204 Hijriyyah
atau tahun 809 Miladiyyah pada usia 52 tahun.
34
|
Sejumlah ulama pergi menemui wali Mesir yaitu Muhammad
bin as-Suri bin al-Hakam, memintanya datang ke rumah duka untuk memandikan Imam
sesuai dengan wasiatnya. Ia berkata kepada mereka, "Apakah Imam
meninggalkan hutang?", "Benar!" jawab mereka serempak. Lalu wali
Mesir memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang Imam seluruhnya. Setelah itu
wali Mesir memandikan jasad sang Imam.
Jenazah Imam Syafi'i diangkat dari rumahnya, melewati
jalan al-Fusthath dan pasarnya hingga sampai ke daerah Darbi as-Siba, sekarang
jalan Sayyidah an-Nafisah. Dan, Sayyidah Nafisah meminta untuk memasukkan
jenazah Imam ke rumahnya, setelah jenazah dimasukkan, dia turun ke halaman rumah
kemudian salat jenazah, dan berkata, "Semoga Allah merahmati asy-Syafi'i,
sungguh ia benar-benar berwudhu dengan baik."
Jenazah kemudian dibawa, sampai ke tanah anak-anak
Ibnu Abdi al-Hakam, disanalah ia dikuburkan, yang kemudian terkenal dengan Turbah
asy-Syafi'i sampai hari ini, dan disana pula dibangun sebuan masjid yang diberi
nama Masjid asy-Syafi'i. Penduduk Mesir terus menerus menziarahi makam sang
Imam sampai 40 hari 40 malam, setiap penziarah tak mudah dapat sampai ke
makamnya karena banyaknya peziarah.
Kisah Seorang Aswaja Lugu
Yang Belajar Ngaji ke Seorang Wahabi Alim
Wahabi : Saudaraku! Aku lihat kau masih ikut merayakan maulid nabi kemarin. Bukankah sudah kukatakan jika itu bid'ah sebab tidak ada dalilnya baik dalam al-Quran maupun dalam hadits dan nabi bersabda segala bid'ah itu sesat. Jadi kau itu sesat jika masih menerima maulid nabi.
Kuingatkan lagi kau, jika ajaran itu tidak ada dalilnya sama sekali baik dari al-Quran maupun hadits maka itu adalah bid'ah dan itu sesat.
Aswaja : Aku ini orang bodoh dan aku hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh golonganku ustadz.
35
|
Aswaja : Hmmm... baiklah, tapi aku mau belajar baca al-Quran dulu karena aku sangat ingin bisa membaca al-Quran dengan baik dan kutahu kau adalah orang yang pandai membaca al-Quran.
Wahabi : Oh dengan senang hati, apalagi aku adalah orang yang paling bagus bacaannya diantara golonganku.
Aswaja : Kapan aku bisa belajar padamu?
Wahabi : Bagaimana kalau mulai besok tiap sore di majelis ta'limku.
Aswaja : Baiklah aku setuju.
Keesokan harinya si Aswaja dengan sangat semangat berangkat mengaji. Dalam pikirannya dia membayangkan suatu hari nanti bisa membaca al-Quran sebaik si Wahabi.
Setelah mengucap salam dan dipersilahkan masuk ke ruang majelis ta'lim oleh si Wahabi, si Aswaja merasa grogi karena di dalam majelis tsb rupanya sudah sama berkumpul para murid si Wahabi. Kemudian si Aswaja bersalaman kepada seluruh murid sekaligus kepada si Wahabi itu sendiri.
Wahabi : Silahkan duduk saudaraku!
Aswaja : (Melangkah maju dan duduk di hadapan si Wahabi).
Wahabi : Kita mulai pelajaran hari ini dari surah al-Fatihah ya?
Aswaja : Ya ustadz.
Wahabi : Aku baca dulu surahnya biar kau punya gambaran seperti apa bacaan al-Fatihah yang benar itu. Bismillaahirrahmaanirrahiim, alhamdulillaahirabbil 'aalamiin............ dst sampai waladldloooooolliin. Nah coba sekarang kamu tirukan bacaanku barusan, jika ada kesalahan akan aku betulkan.
Aswaja : Bismillahir... #gugup
Wahabi : Salah, La-nya itu harus dibaca panjang karena itu bacaan mad thabi'i.
Aswaja : (Duh hebat banget nih ustadz, pasti hafal dalilnya mad thabi'i) Bismillaaaahir...
Wahabi : Stop, jangan dibaca terlalu panjang, bacaan mad thabi'i itu cukup dibaca dua ketukan atau satu harakat.
Aswaja : (Subhanallah... dia juga hafal dalil ketukan mad thabi'i?) Bismil...
Wahabi : Kenapa berhenti? Ayo teruskan!
Aswaja : Hmmm... anu ustadz saya ragu-ragu baca La-nya itu dibaca panjang atau pendek? Boleh saya tau dalilnya mad thabi'i biar saya lebih yakin dan mantap.
Wahabi : Ya tidak ada dalilnya.
Aswaja : Dalam al-Quran tidak ada dalilnya?
36
|
Aswaja : Dari hadits mungkin?
Wahabi : Sama sekali tidak ada.
Aswaja : Masa tidak ada dalilnya ustadz, kalau dari para sahabat gitu? (maksudnya adalah atsar).
Wahabi : Kan aku sudah bilang kalau tidak ada ya tidak ada. Yang buat mad thabi'i itu para ulama.
Aswaja : Terus kenapa ustadz mengajarkan mad thabi'i kepada saya yang jelas-jelas tidak ada dalilnya sama sekali. Bukankah ustadz kemarin berkata bahwa ajaran yang tidak ada dalilnya baik dari al-Quran maupun hadits adalah bid'ah dan segala bid'ah itu sesat.
Wahabi : (Waduh... mau jawab apa aku ini?) a... i... u... e... o... anu... itu... ini... #sambil menahan rasa malu kepada murid-muridnya yang lain.
Aswaja: Ah sudahlah ustadz, aku tak mau berguru pada orang yang munafik #berdiri dan beranjak keluar.
Wahabi: Maksudmu aku seorang munafik?
Aswaja: Ya, kemarin kau melarang aku untuk merayakan maulid nabi yang katamu bid'ah karena tak ada dalilnya tapi hari ini kau malah mengajarkan aku sesuatu yang juga tidak ada dalilnya. Apa itu bukan munafik namanya?
Lalu si Aswaja bergegas meninggalkan si Wahabi yang termangu dan tak sanggup berkata apa-apa bak disambar petir.
Dengan serta merta dihadapan seluruh muridnya si Wahabi bersimpuh lalu bersujud sembari menyesali kesalahan keyakinannya selama ini. Dalam sujudnya si Wahabi berdoa, "Ya Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Kuasa, telah berapa banyak alim ulama ahlu sunnah wal jamaah yang telah kuhadapi selama ini, yang meski kesemuanya mampu mematahkan argumen-argumenku mengenai masalah bid'ah, tak satupun dari mereka yang mampu meruntuhkan keyakinanku bahwa semua bid'ah itu sesat.
Hari ini melalui seorang hambamu yang bodoh lagi lugu Kau malah menghancurkan benteng-benteng kesesatan dalam hatiku ini. Ya Allah benarlah ayat-Mu yang berbunyi "innal hudaa hudallah". Tiadalah yang mampu memberi hidayah kecuali Dirimu. Ya Allah ampunilah segala dosaku dan terimalah taubatku hari ini."
Demikian sekiranya kisah ini mampu memberi gambaran kepada kita bahwa manusia tak akan bisa lepas dari bid'ah (dalam hal ini yang dimaksud adalah bid'ah hasanah).
37
|
Wallahu a'lam bisshawab
PERDEBATAN AL HAFIZH AS-SAYYID AHMAD SHIDDIQ AL-GHUMARI AL HASANY BERSAMA 3
ULAMA SALAFY WAHHABY
Nama lengkap beliau adalah Syaikh Al Muhaddits Abul
Faidh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi, beliau wafat th
1380-H. Beliau hafal lebih dari 100.000 hadits dan telah mengarang puluhan
kitab2 takhrij, tahqiq bahkan 'ilal wal juruh terhadap hadits2 namun beliau
tidak gembar-gembor seperti yang lain.
Diantara kitab2 karangan beliau adalah :
1- المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي
2- الهداية تخريج البداية وهو تخريج لاحاديث بداية المجتهد لابن رشد
3- رفع المنار لطرق حديث "من سئل عن علم فكتمه ألم بلجام من نار
4- المسهم في بيان حال حديث طلب العلم فريضة علي كل مسلم
5- الأجوبة الصارفة لأشكال حديث الطائفة ومعه كتابه : إظهار ما كان خفيا بنكارة حديث لو كان العلم بالثريا
6- بيان تلبيس المفتري محمد زاهد الكوثري
7- إقامة الدليل على حرمة التمثيل
8- الاستعاذة والحسبلة ممن صحح حديث البسملة
9- تبيين البَلَه ممن انكر وجود حديث : ومن لغا فلا جمعة له
0- ابراز الوهم المكنون من كلام ابن خلدون
11 الحسبة على من جوز صلاة الجمعة بلا خطبة
2- الهداية تخريج البداية وهو تخريج لاحاديث بداية المجتهد لابن رشد
3- رفع المنار لطرق حديث "من سئل عن علم فكتمه ألم بلجام من نار
4- المسهم في بيان حال حديث طلب العلم فريضة علي كل مسلم
5- الأجوبة الصارفة لأشكال حديث الطائفة ومعه كتابه : إظهار ما كان خفيا بنكارة حديث لو كان العلم بالثريا
6- بيان تلبيس المفتري محمد زاهد الكوثري
7- إقامة الدليل على حرمة التمثيل
8- الاستعاذة والحسبلة ممن صحح حديث البسملة
9- تبيين البَلَه ممن انكر وجود حديث : ومن لغا فلا جمعة له
0- ابراز الوهم المكنون من كلام ابن خلدون
11 الحسبة على من جوز صلاة الجمعة بلا خطبة
12- وسبل الهدى والرشاد في ابطال حديث اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا
13- وهدية الصغراء بتصحيح حديث التوسعة يوم عاشوراء
14- والافضال والمنة في رؤية النساء لله في الجنة
15- والاقناع بصحة صلاة الجمعة في المنزل خلف المذياع
16- الاستنفار لغزو التشبه بالكفار
17- dll
13- وهدية الصغراء بتصحيح حديث التوسعة يوم عاشوراء
14- والافضال والمنة في رؤية النساء لله في الجنة
15- والاقناع بصحة صلاة الجمعة في المنزل خلف المذياع
16- الاستنفار لغزو التشبه بالكفار
17- dll
Al-Hafizh As Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Al-Shiddiq
Al-Ghumari Al-Hasani adalah seorang ulama ahli hadits yang menyandang gelar
AL-HAFIZH (gelar tertinggi dalam bidang ilmu hadits)..
38
|
“Pada tahun 1356 H ketika saya menunaikan ibadah haji,
saya berkumpul dengan tiga orang ulama Wahhabi di rumah Syaikh Abdullah
al-Shani’ di Mekkah yang beliau juga seorang ulama Wahhabi dari Najd.
Dalam pembicaraan itu, mereka menampilkan seolah-olah mereka ahli hadits,
amaliahnya paling sesuai dengan hadits dan anti terhadap taklid. Tanpa terasa,
pembicaraan pun masuk pada soal penetapan ketinggian tempat Allah Subhanahu wa
Ta‘ala dan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai dengan
ideologi Wahhabi.
Mereka menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an yang secara
literal (zhahir) mengarah pada pengertian bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala itu
ada di atas ‘Arasy sesuai keyakinan mereka. Seperti ayat ;
الرَّحْمَنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى
) طه/ 5
“Ar Rahman
yg bersemayam di atas 'Arsy." (QS Thoha : 5)
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى العَرْشِ )
الأعراف/ 54
"Kemudian
IA bersemayam di atas 'Arsy." (QS Al A'raf : 54)
************
Akhirnya
saya (al-Ghumari) berkata kepada mereka:
“Apakah ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi termasuk bahagian
dari al-Qur’an?”
Para Ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya.”
Saya berkata:
“Apakah meyakini apa yang menjadi maksud ayat-ayat tersebut dihukumi wajib?”
Para ulama Wahhabi serentak menjawab: “Ya.”
Saya berkata: “Lalu bagaimana dengan
firman Allah subhanahu wa ta‘ala:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ).
(الحديد : ٤)
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada?!” (QS.
al-Hadid : 4).
Apakah ini juga termasuk al-Qur’an?”
Para ulama Wahhabi tersebut menjawab: “Ya, tentu saja
termasuk al-Qur’an.”
Saya berkata:
“Lalu bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala:
مَا يَكُوْنُ مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٍ
إِلاَّ وَهُوَ رَابِعُهُمْ. (المجادلة : ٧).
39
|
Apakah ayat ini termasuk al-Qur’an juga?”
Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Ya, itupun termasuk
al-Qur’an.”
Saya berkata:
“(Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak di langit).
Lalu mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut
asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di langit lebih
utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan
bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala tidak ada di langit..?!
Padahal kesemua ayat tersebut juga dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala?”
Padahal kesemua ayat tersebut juga dari Allah Subhanahu wa Ta‘ala?”
Para ulama Wahhabi itu menjawab: “Imam Ahmad yang
mengatakan demikian.”
Saya berkata
kepada mereka: “Nah, mengapa kalian kali ini malah taklid kepada pendapat Imam
Ahmad dan tidak mengikuti dalil..?!”
Tiga ulama Wahhabi itu pun terbungkam. Tak satu
kalimat pun keluar dari mulut mereka. Sebenarnya saya menunggu jawaban mereka
yang lain, yaitu bahwa ayat-ayat yang saya sebutkan tadi harus dita’wil,
sementara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala ada di
langit tidak boleh dita’wil..
Seandainya mereka menjawab demikian, tentu saja saya
akan bertanya lagi kepada mereka, lalu siapa yang mewajibkan menta’wil
ayat-ayat yang saya sebutkan dan melarang menta’wil ayat-ayat yang kalian
sebutkan tadi..?!
Seandainya mereka pun mengklaim adanya ijma’ ulama
yang mengharuskan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan tadi, tentu saja saya
akan menceritakan kepada mereka informasi beberapa ulama Muhaddits besar
seperti al-Hafizh Ibn Hajar tentang ijma’ ulama salaf untuk tidak menta’wil
semua ayat-ayat sifat dalam al-Qur’an, bahkan yang wajib harus mengikuti
pendekatan tafwidh (menyerahkan pengertiannya hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta‘ala).”
Demikian kisah Al-Imam Al 'Allamah Al-Hafizh Ahmad bin
Al-Shiddiq Al-Ghumari dengan tiga ulama besar kaum Wahhabi pada masanya. Aku
menceritakan kisah ini bukan untuk mencela siapapun, dan bukan untuk berdebat
kepada siapapun, karena umurku sangat pendek dan aku tak sempat mengisinya
dengan perdebatan, namun aku hanya ingin menunjukkan bahwa jangan pernah kita
mengklaim bahwa kebenaran adalah hanya milik kelompok kita, dan yang lain adalah
salah, hendaklah kita saling menghormati walau dalam perbedaan, karena Islam
hanya akan menjadi indah jika kita bisa saling mengakui kelebihan dan kelemahan
kita dan juga orang lain wahai saudaraku..
Nafa'ani waiyyaakum..
40
|
al-Imam
al-Sayyid 'Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (ayahanda Abuya al-Sayyid
Muhammad bin 'Alwi al-Maliki) VS Syaikh Ibnu Sa'di
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin--ulama Wahabi
kontemporer yang sangat populer--mempunyai seorang guru yang sangat alim dan
kharismatik di kalangan kaum Whhabi, yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir
al-Sa'di, yang dikenal dengan julukan Syaikh Ibnu Sa'di. Ia memiliki banyak
karangan, di antaranya yang paling populer adalah karyanya yang berjudul, Taisir
al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, kitab tafsir setebal 5 jilid,
yang mengikuti manhaj pemikiran Wahhabi. Meskipun Syaikh Ibnu Sa'di, termasuk
ulama Wahabi yang ekstrim, ia juga seorang ulama yang mudah insyaf dan mau
mengikuti kebenaran, dari manapun kebenaran itu datangnya.
Suatu ketika, al-Imam al-Sayyid 'Alwi bin Abbas
al-Maliki al-Hasani (ayahanda Abuya al-Sayyid Muhammad bin 'Alwi al-Maliki)
sedang duduk-duduk di serambi Masjid al-Haram bersama halaqah
pengajiannya. Sementara di bagian lain serambi Masjidil Haram tersebut, Syaikh
Ibnu Sa'di juga duduk-duduk. Sementara orang-orang di Masjidil Haram larut
dalam ibadah shalat dan tawaf yang mereka lakukan. Pada saat itu, langit di
atas Masjidil Haram penuh dengan mendung yang menggelantung, sepertinya
sebentar lagi akan turun hujan yang sangat lebat. Tiba-tiba air hujan itu pun
turun dengan lebatnya. Akibatnya, saluran air di atas Ka'bah mengalirkan airnya
dengan derasnya. Melihat air begitu deras dari saluran air di atas kiblat kaum
Muslimin yang berbentuk kubus itu, orang-orang Hijaz seperti kebiasaan mereka,
segera berhamburan menuju saluran itu dan mengambil air tersebut, dan kemudian
mereka tuangkan ke baju dan tubuh mereka, dengan harapan mendapatkan berkah
dari air itu.
Melihat kejadian tersebut, para polisi pamong praja
Kerajaan Saudi Arabia, yang sebagian besar berasal dari orang Baduwi daerah
Najd itu, menjadi terkejut dan mengira bahwa orang-orang Hijaz tersebut telah
terjerumus dalam lumpur kesyirikan dan menyembah selain Allah SWT. Akhirnya
para polisi pamong praja itu berkata kepada orang-orang Hijaz yang sedang
mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air Ka'bah itu,
"Jangan kalian lakukan wahai orang-orang musyrik.
Itu perbuatan syirik. Itu perbuatan syirik."
41
|
"Kami tidak akan memperhatikan teguran Anda,
setelah Sayyid 'Alwi berfatwa kepada kami tentang kebolehan mengambil berkah
dari air ini."
Akhirnya, melihat orang-orang Hijaz itu tidak
mengindahkan teguran, para polisi baduwi itu pun segera mendatangi halqah
Syaikh Ibnu Sa'di, guru mereka. Mereka mengadukan perihal fatwa Sayyid 'Alwi
yang menganggap bahwa air hujan itu ada berkahnya. Akhirnya, setelah mendengar
laporan para polisi Baduwi, yang merupakan anak buahnya itu, Syaikh Ibnu Sa'di
segera mengambil selendangnya dan bangkit menghampiri halqah Sayyid
'Alwi dan duduk di sebelahnya. Sementara orang-orang dari berbagai golongan,
berkumpul mengelilingi kedua ulama besar itu. Dengan penuh sopan dan tata krama
layaknya seorang ulama, Syaikh Ibnu Sa'di bertanya kepada Sayyid 'Alwi:
"Wahai Sayyid, benarkah Anda berkata kepada
orang-orang itu bahwa air hujan yang turun dari saluran air di Ka'bah itu ada
berkahnya?"
Sayyid 'Alwi menjawab:
"Benar. Bahkan air tersebut memiliki dua
berkah."
Syaikh Ibnu Sa'di berkata:
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
Sayyid 'Alwi menjawab: "Karena Allah SWT
berfirman dalam Kitab-Nya tentang air hujan:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا (٩)
"Dan
Kami turunkan dari langit air yang mengandung berkah." (QS. 50:9).
Allah SWT
juga berfirman mengenai Ka'bah:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ
مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (٩٦)
"Sesungguhnya
rumah yang pertama kali diletakkan bagi umat manusia adalah rumah yang ada di
Bekkah (Makkah), yang diberkahi (oleh Allah)." (QS. 3:96).
Dengan demikian air hujan yang turun dari saluran air
di atas Ka'bah itu memiliki dua berkah, yaitu berkah yang turun dari langit dan
berkah yang terdapat pada Baitullah ini."
42
|
"Subhanallah (Maha Suci Allah), bagaimana kami
bisa lalai dari kedua ayat ini."
Kemudian Syaikh Ibnu Sa'di mengucapkan terima kasih
kepada Sayyid 'Alwi dan meminta izin untuk meninggalkan halqah tersebut. Namun
Sayyid 'Alwi berkata kepada Syaikh Ibnu Sa'di:
"Tenang dulu wahai Syaikh Ibnu Sa'di. Aku melihat
para polisi Baduwi itu mengira bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Muslimin
dengan mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air di Ka'bah itu
sebagai perbuatan syirik. Mereka tidak akan berhenti mengkafirkan orang dan
mensyirikkan orang dalam masalah ini sebelum mereka melihat orang yang seperti
Anda melarang mereka. Oleh karena itu, sekarang bangkitlah Anda menuju saluran
air di Ka'bah itu, lalu ambillah air di situ di depan para polisi baduwi itu,
sehingga mereka akan berhenti mensyirikkan orang lain."
Akhirnya mendengar saran Sayyid 'Alwi tersebut, Syaikh
Ibnu Sa'di segera bangkit menuju saluran air di Ka'bah. Ia basahi pakaiannya
dengan air itu, dan ia pun mengambil air itu untuk diminumnya dengan tujuan
mengambil berkahnya. Melihat tingkah laku Syaikh Ibnu Sa'di ini, para polisi
Baduwi itu pun pergi meninggalkan Masjidil Haram dengan perasaan malu.
Semoga Allah SWT merahmati Sayyidina al-Imam 'Alwi bin
'Abbas al-Maliki al-Hasani. Amin.
Kisah ini
disebutkan oleh Syaikh Abdul Fattah Rawwah, dalam kitab Tsabat (kumpulan
sanad-sanad keilmuannya). Beliau termasuk salah seorang saksi mata kejadian
itu.
DIALOG
IBN ATHAILLAH AL SAKANDARI
DENGAN
IBN TAYMIYAH
43
|
Adapun tentang kisah dialognya yang cerdas
dengan seorang inspirator Salafy Wahabi yaitu Ibnu Taymiyah, telah membuka tabir misteri isu-isu yang mengatakan bahwa
para sufi adalah orang-orang yang bodoh dan musyrik. Isu-isu ini samasekali
tidak benar dan sangat meleset jauh dari fakta, ternyata sesungguhnya para sufi
adalah orang-orang brilliant dan bertauhid murni tanpa syirik seperti yang
diisukan.
Nah, di akhir dialog itu Ibnu Taymiyah tetap
bersikeras menuduh sosok sufi adalah kafir musyrik. Walaupun
kepada Ibnu Athaillah menyanjungya sebagai seorang ahli ibadah yang sempurna
di seluruh Mesir, tetapi kepada guru Ibnu Athaillah tetap
dikafir-musyrikkan. Demikian sikap
hipokrit seorang Ibnu Taymiyah, meskipun sudah dijelaskan panjang
lebar oleh Ibnu Athaillah, sikapnya terhadap kaum Sufi tetap tidak berubah.
Tapi kenapa di hadapan Ibnu Athaillah sang ispirator kaum
Salafy Wahabi itu mampu menyanjungnya setinggi langit tapi
kepada guru Ibnu Athaillah (Beliau adalah murid Abu al Abbas Al-Musrsi –
wafat 686) tetap di-kafirkannya? Ada apa dengan sikapnya
itu? Mari kita ikuti kisah selengkapnya….
Dialog
Ibn Athaillah Al Sakandari (w.709 H) dengan Ibn Taymiyah (w. 728 H).
Diterjemahkan dari On Tasawuf Ibn Atha’illah Al-Sakandari: “The Debate with Ibn Taymiyah Ditranslasi dari buku karya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani’s The repudiation of “Salafi” Innovations (Kazi, 1996)
Diterjemahkan dari On Tasawuf Ibn Atha’illah Al-Sakandari: “The Debate with Ibn Taymiyah Ditranslasi dari buku karya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani’s The repudiation of “Salafi” Innovations (Kazi, 1996)
Bismillahi ar-rahmani ar-rahiim.
44
|
Ibn Athaillah adalah salah seorang yang
membantah Ibn Taymiyah atas serangannya yang berlebihan terhadap kaum sufi yang
tidak sefaham dengannya.
Ibn Athaillah tak pernah menyebut Ibn Taymiyah dalam setiap karyanya, namun
jelaslah bahwa yang disinggungnya adalah Ibn Taymiyah saat ia
mengatakan dalam Lataif: sebagai “cendekiawan ilmu lahiriyah”. Satu
HalamanPostingan berikut ini merupakan terjemahan dari bahasa Inggris untuk
pertama kali atas dialog bersejarah antara kedua tokoh tersebut.
Naskah Dialog : Dari Usul al-Wusul karya
Muhammad Zaki Ibrahim
Ibn Katsir, Ibn Al Athir, dan penulis biografi
serta kamus biografi, kami memperoleh naskah dialog bersejarah yang otentik. Naskah tersebut memberikan ilham tentang etika berdebat di
antara kaum terpelajar (berpendidikan keislaman). Di samping itu, ia juga
merekam kontroversi antara pribadi yang bepengaruh dalam tsawuf: Syaikh
Ahmad Ibn Athaillah Al Sakandari, dan tokoh yang tak kalah pentingnya dalam
gerakan “Salafi”: Syaikh Ahmad Ibn Abd Al Halim Ibn Taymiyah selama
era Mamluk di Mesir yang berada dibawah pemerintahan Sulthan Muhammad Ibn
Qalawun (Al Malik Al Nasir).
Kesaksian Ibn Taymiyah kepada Ibn Athaillah
yang Notabene adalah Imam Sufi:
Ibn Taymiyah ditahan di Alexandria. Ketika
sultan memberikan ampunan, ia kembali ke Kairo. Menjelang malam, ia menuju masjid Al Ahzar untuk sholat maghrib
yang diimami Syaikh ibn Athaillah. Selepas shalat, Ibn Athailah terkejut
menemukan Ibn Taymiyah sedang berdoa dibelakangnya. Dengan senyuman, sang
syaikh sufi menyambut ramah kedatangan Ibn Taymiyah di Kairo seraya
berkata: Assalamualaykum, selanjutnya ia memulai pembicaraan dengan tamu
cendekianya ini.
45
|
IBN TAYMIYAH: “Aku tahu, anda tidak bermaksud buruk terhadapku, tapi
perbedaan pandangan di antara kita tetap ada. Sejak hari ini, dalam kasus apa
pun, aku tidak mempersalahkan dan membebaskan dari kesalahan, siapapun yang
berbuat buruk terhadapku”
IBN ATHAILLAH: Apa yang anda ketahui tentang aku, syaikh
Ibn Taymiyah?
IBN TAYMIYAH: Aku tahu anda adalah seorang yg saleh,
berpengetahuan luas, dan senantiasa berbicara benar dan tulus. Aku bersumpah
tidak ada orang selain anda, baik di Mesir maupun Syria yang lebih mencintai Allah
ataupun mampu meniadakan diri di (hadapan) Allah atau lebih patuh atas
perintah-Nya dan menjauhi laranganNya.Tapi
bagaimanapun juga kita memiliki perbedaan pandangan. Apa yang anda ketahui
tentang saya? Apakah anda atau saya sesat dengan menolak kebenaran (praktik)
meminta bantuan seseorang untuk memohon pertolongan Allah (istighatsah)?
IBN ATHAILLAH: Tentu saja, Rekanku, anda tahu bahwa istighatsah
atau memohon pertolongan sama dengan tawassul atau mengambil wasilah
(perantara) dan meminta syafaat; dan bahwa Rasulullah saw,
adalah seorang yang kita harapkan bantuannya karena beliaulah perantara kita
dan yang syafaatnya kita harapkan.
46
|
Inilah syafaat yang dimiliki rasulullah saw. Sementara mencari pertolongan dari selain Allah, merupakan suatu bentuk kemusyrikan; Rasulullah saw sendiri melarang sepupunya, Abdullah bin Abbas, memohon pertolongan dari selain Allah.
IBN ATHAILLAH: Semoga Allah mengaruniakanmu
keberhasilan, wahai faqih?!Maksud
dari saran Rasulullah saw kepada sepupunya Ibn Abbas, adalah agar ia
mendekatkan diri kepada Allah tidak melalui kekerabatannya dengan rasul
melainkan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan
mengenai pemahaman anda tentang istighosah sebagai mencari bantuan kepada
selain Allah, yang termasuk perbuatan musyrik, saya ingin bertanya kepada anda,
”Adakah muslim yang beriman pada Allah dan rasulNya yang berpendapat ada selain
Allah yang memiliki kekuasaaan atas segala kejadian dan mampu menjalankan apa
yang telah ditetapkanNya berkenaan dengan dirinya sendiri?”.
”Adakah mukmin sejati yang meyakini ada yang
dapat memberikan pahala atas kebaikan dan menghukum atas perbuatan buruk,
selain dari Allah? Di
samping itu, seharusnya kita sadar bahwa ada berbagai ekspresi yang tak bisa
dimaknai sebatas harfiah belaka. Ini bukan saja dikhawatirkan akan membawa
kepada kemusyrikan, tapi juga untuk mencegah sarana kemusyrikan. Sebab,
siapapun yang meminta pertolongan Rasul berarti mengharapkan anugerah syafaat
yang dimilikinya dari Allah, sebagaimana jika anda mengatakan: “Makanan
ini memuaskan seleraku”. Apakah dengan demikian makanan itu sendiri yang
memuaskan selera anda? Ataukah disebabkan Allah yang memberikan kepuasan
melalui makanan?
47
|
Sementara itu, jika anda berpendapat bahwa
istighosah atau memohon pertolongan itu dilarang syariat karena mengarah pada
kemusyrikan, maka kita seharusnya mengharamkan buah anggur karena dapat dijadikan minuman keras. Dan (seharusnya) mengebiri
(melumpuhkan kemapuan besetubuh) laki-laki yang tidak menikah untuk mencegah
zina.
(Kedua syaikh tertawa atas komentar terakhir ini, sebab konon
Syaikh Ibnu Taymiyah adalah pria yang tidak menikah)).
Lalu IBN ATHAILLAH melanjutkan: “Saya kenal betul dengan segala
inklusifitas dan gambaran mengenai sekolah fiqih yang didirikan oleh syaikh
anda, Imam Ahmad, dan saya tahu betapa luasnya teori fiqih serta mendalamnya
“prinsip-prinsip agar terhindar dari godaan syaitan” yang anda miliki, sebagaimana
juga tanggung jawab moral yang anda pikul selaku seorang ahli fiqih.
Namun saya juga menyadari bahwa anda dituntut menelisik di balik
kata-kata untuk menemukan makna yang seringkali terselubung dibalik kondisi
harfiahnya. Bagi sufi, makna laksana ruh, sementara
kata-kata adalah jasadnya. Anda harus menembus ke dalam jasad fisik ini untuk
meraih hakikat yang mendalam. Kini anda telah memperoleh
dasar bagi pernyataan anda terhadap karya Ibn Arabi, Fususul Hikam. Naskah
tersebut telah dikotori oleh musuhnya bukan saja dengan kata-kata yang tak pernah
diucapkannya, juga pernyataan-pernyataan yang tidak dimaksudkannya (memberikan
contoh tokoh islam).
48
|
Sedangkan mengenai pernyataan al Syadzili yang
memojokkan Ibn Arabi, perlu anda ketahui, ucapan tersebut tidak keluar dari
mulutnya, melainkan dari salah seorang murid Sadziliyah. Lebih jauh lagi, pernyataan itu dikeluarkan saat para murid
membicarakan sebagian pengikut Sadziliyah. Dengan demikian, pernyataan itu
diambil dalam konteks yang tak pernah dimaksudkan oleh sang pembicaranya
sendiri. “Apa pendapat anda mengenai khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib?”
IBN TAYMIYAH: Dalam salah satu haditsnya, rasul saw bersabda: “Saya adalah
kota ilmu dan Ali adalah pintunya”. Sayyidina Ali adalah
merupakan seorang mujahid yang tak pernah keluar dari pertempuran kecuali
dengan membawa kemenangan. Siapa lagi ulama atau fuqaha sesudahnya yang mampu
berjuang demi Allah menggunakan lidah, pena dan pedang sekaligus? Dialah
sahabat rasul yang paling sempurna-semoga Allah membalas kebaikannya. Ucapannya
bagaikan cahaya lampu yang menerangi sepanjang hidupku setelah al quran dan
sunnah. Duhai! Seseorang yang meski sedikit perbekalannya namun panjang
perjuangannya.
IBN ATHAILLAH: Sekarang, apakah Imam Ali ra meminta agar orang-orang
berpihak padanya dalam suatu faksi? Sementara faksi ini
mengklaim bahwa malaikat jibril melakukan kesalahan dengan menyampaikan wahyu
kepada Muhammad saw, bukannya kepada Ali! Atau pernahkah ia meminta mereka
untuk menyatakan bahwa Allah menitis ke dalam tubuhnya dan sang imam menjadi
tuhan? Ataukah ia tidak menentang dan memberantas
mereka dengan memberikan fatwa (ketentuan hukum) bahwa mereka harus dibunuh di
manapun mereka ditemukan?
IBN TAYMIYAH: Berdasarkan fatwa ini saya memerangi mereka di pegunungan
Syria selama lebih dari 10 tahun.
49
|
Meskipun sang Imam tak memberikan fatwa bahwa mereka harus mengecam
dan menghardik orang-orang tersebut. Konsekuensinya para pengikutnya ini
dicambuk, dilempar ke penjara dan diarak di punggung keledai dengan menghadap
ekornya. Apakah Imam Ahmad bertanggung jawab atas
perbuatan buruk yang kini kembali dilakukan pengikut Hanbali, dengan dalih
melarang benda atau hal-hal yang diharamkan?
Dengan demikian, Syaikh Muhyidin Ibn Arabi
tidak bersalah atas pelanggaran yang dilakukan para pengikutnya yang melepaskan
diri dari ketentuan hukum dan moral yang telah ditetapkan agama serta melakukan
pebuatan yang dilarang agama. Apakah anda tidak memahami hal ini?
IBN TAYMIYAH: “Tapi bagaimana pendirian mereka di hadapan Allah? Di
antara kalian, para sufi, ada yang menegaskan bahwa ketika Rasulullah saw
memberitakan khabar gembira pada kaum miskin bahwa mereka akan memasuki surga
sebelum kaum kaya, selanjutnya kaum miskin tersebut tenggelam dalam luapan
kegembiraan dan mulai merobek-robek jubah mereka; saat itu
malaikat jibril turun dari surga dan mewahyukan kepada rasul bahwa Allah akan
memilih di antara jubah-jubah yang robek itu; selanjutnya malaikat jibril
mengangkat satu dari jubah dan menggantungkannya di singgasana Allah. Berdasarkan
ini, kaum sufi mengenakan jubah kasar dan menyebut dirinya fuqara atau kaum
“papa”.
IBN ATHAILLAH: “Tidak semua sufi mengenakan
jubah dan pakaian kasar. Lihatlah apa yang saya kenakan; apakah anda tidak
setuju dengan penampilan saya?
IBN TAYMIYAH: “Tetapi anda adalah ulama syariat
dan mengajar di Al Ahzar.”
50
|
Dua abad yang lalu muncul fenomena sufi gadungan yang anda sendiri telah mengecam dan menolaknya. Dimana sebagian orang mengurangi kewajiban beribadah dan peraturan keagamaan, melonggarkan berpuasa dan melecehkan pengamalan sholat wajib lima kali sehari. Ditunggangi kemalasan dan ketidakpedulian, mereka telah mengklaim telah bebas dari belenggu kewajiban beribadah. Begitu brutalnya tindakan mereka hingga Imam Qusyairi sendiri mengeluarkan kecaman dalam bukunya ar Risalah ( Risalatul Qusyairiyah ).
Di sini, ia juga menerangkan secara rinci jalan
yang benar menuju Allah, yakni berpegang teguh pada Al Quran dan Sunnah. Imam
tasawuf juga
berkeinginan mengantarkan manusia pada kebenaran sejati, yang tidak hanya
diperoleh melalui bukti rasional yang dapat diterima akal manusia yang dapat
membedakan yang benar dan salah, melainkan juga melalui penyucian hati dan
pelenyapan ego yang dapat dicapai dengan mengamalkan laku spiritual.
Kelompok diatas selanjutnya tersingkir lantaran
sebagai hamba Allah sejati, seseorang tidak akan menyibukkan diriya kecuali
demi kecintaannya pada Allah dan rasul-NYA. Inilah posisi mulia yang menyebabkan seorang menjadi hamba yang
shaleh, sehat dan sentosa. Inilah jalan guna membersihkan manusia dari hal-hal
yang dapat menodai manusia, semacam cinta harta, dan ambisi akan kedudukan
tertentu.
51
|
IBN TAYMIYAH: “Argumentasi tersebut justru ditujukan untuk anda. Karena
saat Imam al-Qusyairi melihat pengikutnya melenceng dari jalan Allah, ia segera
mengambil langkah untuk membenahi mereka. Sementara apa yang dilakukan para syaikh
sufi sekarang?Saya meminta para sufi untuk mengikuti jalur
sunnah dari para leluhur kami (salafi) yang saleh dan terkemuka: para sahabat
yang zuhud, generasi sebelum mereka dan generasi sesudahnya yang mengikuti
langkah mereka.
Siapapun yang menempuh jalan ini, saya berikan penghargaan setinggi-tingginya
dan menempatkan sebagai imam agama. Namun bagi mereka yang melakukan
pembaruan yang tidak berdasar dan menyisipkan gagasan kemusyrikan seperti
filososf Yunani dan pengikut Budha, atau yang beranggapan bahwa manusia
menempati Allah (hulul) atau menyatu denganNya (ittihad), atau
teori yang menyatakan bahwa seluruh penampakan adalah satu adanya/kesatuan
wujud (wahdatul wujud) ataupun hal-hal lain yang diperintahkan syaikh anda:
semuanya jelas perilaku ateis dan kafir”.
IBN ATHAILLAH: “Ibn Arabi adalah salah seorang
ulama terhebat yang mengenyam pendidikan di Dawud al Zahiri seperti Ibn Hazm al
Andalusi, seorang
yang pahamnya selaras dengan metodologi anda tentang hukum islam, wahai
penganut Hanbali! Tetapi meskipun Ibn Arabi seorabg Zahiri (menerjemahkan hukum
islam secara lahiriah), metode yang ia terapkan untuk memahami hakekat
adalah dengan menelisik apa yang tersembunyi, mencari makna spiritual (thariq
al bathin), guna mensucikan bathin (thathhir al bathin).
52
|
Ia mengajak orang untuk memahami bahwa
mencintai Allah adalah cara yang patut ditempuh seorang hamba Allah berdasarkan
keyakinan. Apakah
anda setuju wahai faqih? Atau anda lebih suka melihat perselisihan di antara
para ulama? Imam Malik ra. telah mengingatkan mengenai perselisihan semacam ini
dan memberikan nasehat: Setiap kali seseorang berdebat mengenai iman, maka
kepercayaannya akan berkurang.”
Sejalan dengan ucapan itu, Al Ghazali berpendapat: Cara tercepat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui hati, bukan jasad. Bukan berarti hati dalam bentuk fisik yang dapat melihat, mendengar atau merasakan secara gamblang. Melainkan, dengan menyimpan dalam benak, rahasia terdalam dari Allah Yang Maha Agung dan Besar, yang tidak dapat dilihat atau diraba.
Sejalan dengan ucapan itu, Al Ghazali berpendapat: Cara tercepat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah melalui hati, bukan jasad. Bukan berarti hati dalam bentuk fisik yang dapat melihat, mendengar atau merasakan secara gamblang. Melainkan, dengan menyimpan dalam benak, rahasia terdalam dari Allah Yang Maha Agung dan Besar, yang tidak dapat dilihat atau diraba.
Sesungguhnya ahli sunnahlah yang menobatkan
syaikh sufi, Imam Al-Ghazali, sebagai Hujjatul Islam, dan tak seorangpun yang
menyangkal pandangannya bahkan seorang cendekia secara berlebihan berpendapat
bahwa Ihya Ulumuddin nyaris setara dengan Al Quran. Dalam pandangan Ibn Arabi dan Ibn Al Farid, taklif atau
kepatuhan beragama laksana ibadah yang mihrab atau sajadahnya menandai aspek
bathin, bukan semata-mata ritual lahiriah saja.
Karena apalah arti duduk berdirinya anda dalam
sholat sementara hati anda dikuasai selain Allah. Allah memuji hambaNya dalam Al Quran:”(Yaitu) orang-orang
yang khusyuk dalam sholatnya”; dan Ia mengutuk dalam firmanNya: “(Yaitu)
orang-orang yang lalai dalam sholatnya”. Inilah yang dimaksudkan oleh Ibn Arabi
saat mengatakan: “Ibadah bagaikan mihrab bagi hati, yakni aspek bathin, bukan
lahirnya”.
53
|
Seseorang yang tulus adalah ia yang menyuburkan
diri di (hadapan) Allah dengan mematuhiNya. Barangkali yang menyebabkan para
ahli fiqih mengecam Ibn Arabiadalah
karena kritik beliau terhdap keasyikan mereka dalam berargumentasi dan berdebat
seputar masalah iman, hukum kasus-kasus yang terjadi (aktual) dan kasus-kasus
yang baru dihipotesakan (dibayangkan padahal belum terjadi).
Ibn Arabi mengkritik demikian karena ia melihat
betapa sering hal tersebut dapat mengalihkan mereka dari kejernihan hati. Ia menjuluki mereka sebagai “ahli fiqih basa-basi wanita”.
Semoga Allah mengeluarkanmu karena telah menjadi salah satu dari mereka!
Pernahkan anda membaca pernyataan Ibn Arabi bahwa: ”Siapa saja yang membangun
keyakinannya semata-mata berdasarkan bukti-bukti yang tampak dan argumen
deduktif, maka ia membangun keyakinan dengan dasar yang tak bisa diandalkan.Karena
ia akan selalu dipengaruhi oleh sangahan-sangahan balik yang konstan. Keyakinan
bukan berasal dari alasan logis melainkan tercurah dari lubuk hati.” Adakah
pernyataan yang seindah ini?”
IBN TAYMIYAH: “Anda telah berbicara dengan
baik, andaikan saja gurumu seperti yang anda katakan, maka ia sangat jauh dari
kafir. Tapi
menurutku apa yang telah ia ucapkan tidak mendukung pandangan yang telah anda
kemukakan.”
*****
*Diterjemahkan dari On Tasawuf Ibn Atha’illah Al-Sakandari: “The
Debate with Ibn Taymiyah, dalam buku karya Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani’s The
repudiation of “Salafi” Innovations (Kazi, 1996) h. 367-379.
54
|
Aswaja
& wahabi
Ini merupakan kisah dan dialog (perdebatan) nyata seorang
Aswaja dengan pengikut Wahhabi yang menganggap bahwa mencium tangan tidak ada
landasannya dan menentang praktek tersebut. Beberapa hadits dikemukan oleh
Aswaja tersebut tetapi selalu dibantah oleh Wahabi dengan menyatakan bahwa
haditsnya dloif, bahkan menolak pengalaman hadits dloif. Bagaimana lanjutannya?
Berikut dialog Aswaja dengan pengikut
Wahabi tersebut:
55
|
Dulu kira kira tahun 2008-nan saya di Makkah suka chating dengan menggunakan mig33. Disitu saya di invite masuk ke sebuah group diskusi. Pada suatu malam, tepatnya malam rabu, saya berdiskusi dengan teman chating yang berpaham salafi, yaitu dia menganggap bahwa mencium tangan disaat berjabat tangan itu tidak ada landasannya.
SILAHKAN ANDA SIMAK ISI DISKUSINYA DIBAWAH INI:
Saya:”Kenapa anda menentang praktik cium tangan disaat bersalaman?”
Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!
Saya:”Lah, maksudnya tuntunannya siapa mas?”
Dia:”Ya nabi kita Muhammad dong !!
Saya:”Kok bisa begitu? Inikan bukan ibadah? Bukan lagi masalah agama?”
Dia:”Iya, tapi ngapain hingga mencium tangan seperti itu segala?”
Saya:”Mas.. kami melakukan ini sebagai bentuk penghormatan… saya kira ini masalah akhlakul karimah?”
Dia:”Kalau anda menganggap ini termasuk akhlakul karimah, maka anda harus meniru orang yang akhlaknya paling mulia dimuka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad !!
Terus terang, penjelasan dia yang ini, bikin aku tambah bingung dan tambah tersudut.
Sehingga memaksa saya saat itu, mencari dan membuka kitab kitab hadits, guna untuk mencari referensi CIUM TANGAN SAAT BERJABAT TANGAN. Lanjutannya…
Saya: ”Ok… ini mas saya menemukan sebuah hadits yang berhubungan dengan masalah ini, yaitu: Cerita Ibnu Umar bersama sahabat yang lain, mereka mencium tangan Nabi?”
Dia: ”Yang ceritanya mereka lari dari peperangan itukah?
56
|
عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه كان في سرية من سرايا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فحاص الناس حيصة، فكنت في من حاص… قال: فجلسنا لرسول الله صلى الله عليه وسلم قبل صلاة الفجر، فلما خرج قمنا إليه فقلنا: نحن الفرارون؛ فأقبل إلينا فقال: “لا بل أنتم العكارون” قال: فدنونا فقبلنا يده.
Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw.
Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu.
Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent.
Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent).
Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.
Saya: "Iya mas… bagaimana tuh?” saya kira ini sudah jelas?”
Dia: "Hadis diatas diriwayatkan oleh Abi Dawud (2647), Imam Tirmidzi (1716), Imam Ahmad (2/70), Imam Baihaqi (9/73). Hadits ini lemah mas !! coba anda lihat dalam kitab “DHOIF ABI DAWUD” milik syekh Al Bani.
Saya:”Tapi hadits lemah khan boleh diamalkan?” setahu saya begitu…
Dia:”Iya, tapi tidak bisa anda buat landasan hukum atau hujjah !!
Saya:”Lemahnya hadits ini terletak pada apanya mas?”
Dia:”Barangkali dari rawinya mas, anda cek aja langsung dalam kitabnya syekh Albani tsb. Kok repot !!
Saya:”Lantas bagaimana dengan hadits Tsabit yang mencium tangan sahabat Anas bin malik?” bukankah ini cukup untuk menjadi tendensi sebuah respek seorang Tabi’in terhadap sahabat Nabi?”
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
حدثنا ابن عيينة عن ابن جدعان قال ثابت لأنس: أمسست النبي صلى الله عليه وسلم بيدك؟ قال: نعم, فقبلها.
Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan:
Tsabit bertanya kepada Anas bin malik ra:”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan tangan anda?’
Anas ra menjawab:”Ya!
Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.
حدثنا ابن عيينة عن ابن جدعان قال ثابت لأنس: أمسست النبي صلى الله عليه وسلم بيدك؟ قال: نعم, فقبلها.
Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan:
Tsabit bertanya kepada Anas bin malik ra:”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan tangan anda?’
Anas ra menjawab:”Ya!
Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.
57
|
54
|
Saya:”Tapi hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufradnya…
Dia:”Iya saya tahu, dalam kitab Bukhari yang berjudul Adabul Mufrad ada juga haditsnya yang dhoif, jadi hadits yang anda kemukakan itu statusnya lemah mas… coba anda lihat dalam kitab “DHO’IFU ADABUL MUFRAD hlm.973 karya syekh Albani. Ini saya lihat langsung dari kitabnya.. jika berkenan, datang kemari mas… hahahaha..
Semua dalil saya, dia mentahkan dengan dalih di dhoifkan oleh syekh Albani. Berarti saya harus menemukan hadits nabi yang tidak di dhoifkan oleh syekh Albani. Akhirnya jerih payah upayaku ini berhasil…
Saya:”Mas ini saya menemukan hadits pamungkasku, mohon dibaca dengan teliti dan seksama: (saya ketik duluan lalu saya copas)
حدثنا بن أبي مريم قال حدثنا عطاف بن خالد
قال حدثني عبد الرحمن بن رزين قال مررنا بالربذة فقيل لنا ها هنا سلمة بن الأكوع
فأتيته فسلمنا عليه فأخرج يديه فقال بايعت بهاتين نبي الله صصص فأخرج كفا له ضخمة
كأنها كف بعير فقمنا إليها فقبلناها….. حسنه الالباني
“Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya.
Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.
“Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya.
Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.
58
|
55
|
Dia:”Maaf, anda mengambil dari mana hadits tersebut?”
Saya:”Lha khan sudah saya bilang mas… coba anda cek kitab Fathul Bari milik ibnu hajar. Tepatnya juz 11 hlm.57.
Dia:”Yang lain aja mas… dari kitab hadits apa gitu !!
Saya:”Hahahaha.. tidak punya kitab Fathul Bari ya mas?”
Dia:”Sekali lagi saya tanyakan, kalau tidak dijawab, akan ku hentikan diskusi ini !!
Saya:”Wah… kok emosi gitu mas… sudahlah… apakah komentar derajat “HASAN” dalam hadits tersebut dari ibnu hajar masih belum bisa anda terima?”
Dia:”Sudahlah… ada di kitab hadits mana hadits tersebut????
Saya:”Baiklah… coba anda buka kitab ADABUL MUFRAD hadits nomor 973.
Dia:”Yaahhh… kitab Adabul Mufrad lagi…. Khan sudah saya bilang, meski itu karangannya imam Bukhari tapi tidak sama dengan kitab SHOHIH nya mas… jangan jangan nanti dhoif lagi !! hahaha..
Saya:”Mas…. Jangan ngomong terus dong… cepat lihat sana !!
Dia:”Iya… ini sudah bisa aku temukan….
Saya:”Bagaimana?” apa komentar syekh Albani mengenai hadits tersebut?” katanya anda tadi punya kitab seleksi hadits Adabul Mufrad milik syekh Albani…?
Dia:”Iya… beliau mengatakan hadits ini berderajat “HASAN”
Saya:’Hahahahha.. gimana mas, puaskah??? Masihkan anda berkomentar? Atau mau meremehkan?” berarti hadits tersebut tidak dhoif khan?”
Dia:”Iya…
Saya:”Hahahaha… saya kira diskusi kita ini selesai mas… Namun jika anda masih kurang puas dengan ini semua, anda tidak suka fenomena cium tangan dalam masyarakat kita, atau anda tidak suka dicium tangannya oleh orang lain, ya sudah… cukup anda diam… jangan menyalahkan mereka, bahkan jangan hingga membid’ahkan kami yang melakukan itu… Saya kira ini adalah sifat dan sikap terpuji anda dan golongan anda !! Dan ternyata cium tangan saat berjabatan itu ada tuntunannya !!
Dia:”Iya… Assalamu’alaikum…
59
|
WAHABI
TOBAT BERKAT DI CIUM TANGANNYA
Oleh : Habib Munzir AlMusawa
Oleh : Habib Munzir AlMusawa
Al Allamah Al Musnid habib Umar bin Hafidz adalah
sosok yang santun dan penuh kelembutan, selalu menekankan akhlak yang baik.
Suatu ketika beliau Al habib Umar memberikan tausyiah
di hadapan para ulama-ulama .
Ada seorang yang sangat membenci beliau dengan sebutan
ahli bid`ah, musyrik, berlebihan terhadap Nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam.
Al Habib Umar bin Hafid tahu orang ini sangat
membencinya dan duduk di pojok .
Selesai memberikan tausyiah, seluruh yang hadir
berdiri memberikan hormat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah
subhanallahu wata`ala, yang telah mengutus seorang ulama rabbani yang
tausyiahnya sangat menyentuh hati
Al Habib Umar bin Hafid langsung menemui orang yang
sangat membencinya dan mengambil tangannya untuk di ciumnya...Subhanallah
Kekerasan hati orang yang sangat membencinya berubah
seketika, dan berkata : “Aku mempunyai putra, sejak masa kecil hingga kini
belum pernah tanganku di cium oleh anakku sendiri.
Ini seorang ulama yang sangat menyentuh jiwa
kata-katanya telah mencium tanganku..mulai saat ini aku tobat dan aku ikut
orang ini
KISAH
NYATA AKHWAT WAHABI TOBAT
Oleh : Akhwat Sunni Salafiyyin
Alhamdulillah dulu saya seperti saudara2 salafi yang lain aktif mengikuti
pengajian2 di ma’had2 salafi di jakarta….merasa diri saya sudah sangat sesuai
dengan ajaran Rasulullah dengan syariat yang murni dan berlandaskan hadits
shahih dan kompeten terhadap dakwah tauhid dan sunnah…ketika melihat kalangan
yang maulid hati saya seakan ada sesuatu yang berkata ‘dia ahlul bid’ah’ kadang
berdoa mudah2an dia di beri hidayah .Oleh : Akhwat Sunni Salafiyyin
60
|
saya bertanya kenapa syiah begitu di musuhi? kenapa seperti sinis kepada habib2? kenapa sinis kepada yang hobi maulid dan tahlil?
saya bertanya2 sendiri dan mencoba mencari jawabannya sendiri, akhirnya saya tau alasan kenapa memusuhi pemahaman syiah saya pikir oh iya benar ternyata pemahaman syiah keliru, pertanyaan pertama saya sudah terjawab.
jangan menudu orang itu kafir
lalu muncul lagi pertanyaan lain kenapa memusuhi dan seperti sinis terhadap ulama2 dari kalangan habib? saya coba mencari jawaban sendiri, apa benar habib2 mengajarkan orang untuk musyrik, menyembah kubur dll?? saya coba cari jawabannya sendiri, pada waktu itu saya masih dipihak yang meragukan status habib, lalu saya silaturrahim kebeberapa orang habib dan syarifah di inbox fb dan di real, dan menemukan jawabannya sendiri, rata2 mereka memperlakukan saya dengan menghargai saya, lembut, sopan, penuh tata krama, penuh keikhlasan, hati saya bergidik, subhanallah kenapa mereka lembut2 ?
saya melempar pertanyaan2 yang kritis tetapi mereka menjawab seperti menjawab pertanyaan anak kandung mereka sendiri, rata2 seperti itu, hati saya terkesima, kenapa saya menemukan sesuatu yang berbeda pada diri mereka? bahkan sebelum berbicara pun saya merasakan sesuatu yang berbeda, tenang, sejuk, lembut, susah di ceritakan
hati saya bergidik lagi mungkin mereka benar2 keturunan Rasulullah, didalam tubuh mereka mengalir darah Rasulullah.
61
|
hati saya tidak bisa berdusta, saya merasa jauh lebih merasa nyaman di majelis aswaja. betapa bahagia ketika mengikuti maulid, saat2 qiyam ada rasa rindu yang membara kepada rasul yang tidak bisa diungkapan
Sekarang sudah satu tahun lebih saya tidak pernah lagi mengikuti pengajian salafi manapun,saya hanya aktif di pengajian aswaja,
puncak penolakan saya terhadap pemahaman salafi ketika salafi beranggapan bahwa kedua orang tua Rasulullah masuk neraka, batin saya menolak sekeras-kerasnya “tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk” seakan teriakan yang membelah langit, saya tidak terima jika kedua orang tua Nabi Saya dianggap masuk neraka
hati saya bertanya dan bertanya sendiri
:
1) kenapa melarang tabarruk di
makam nabi ?
2) kenapa melarang orang bergembira
atas kelahiran nabi ?
3) kenapa melarang orang tawassul
kepada nabi ?
4) kenapa melarang orang membuat
syair pujian kepada nabi sebagai ekspresi ungkapan rasa cinta mereka??
5) kenapa peninggalan2 nabi seperti
rumah nabi di saudi seakan tidak terawat?
6) kenapa seperti sinis kepada
keturunan nabi?
7) kenapa menganggap kedua orang
tua Rasul masuk neraka?
saya menolak pemahaman ini, ini
bukan cinta nabi tetapi seperti ‘memusuhi nabi’
wallahu a’lam,
62
|
Pesan Al Habib
Musa Kadzim Bin Ja'far Assegaf
WAHAI KALIAN
YANG MENGATAKAN MAULID ITU BID'AH...!!! “ Satu saja obatnya yaitu dengan
bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak 1000 kali pada waktu siang &
pada waktu malam selama 40 Hari, niscaya hatimu itu akan di sinari cahaya dan
dirimu pasti akan mengikuti Maulid walau dengan merangkak sekali pun.” ( Al
Habib Musa Kadzim Bin Ja'far Assegaf ).
Nasihat Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz, dalam
menyikapi kelompok Salafi atau Wahabi
Kita bertugas menunaikan kewajiban kita dengan
memberikan penjelasan dan memaparkan dalil-dalil bagi diri kita, keluarga kita,
kalangan pesantren dan masjid kita serta siapa pun yang mau mendengarkan tanpa
perlu menyebut nama-nama mereka dan massanya dan tidak perlu membuka peluang
perdebatan yang tidak produktif. Kalaupun kita harus berdebat, maka kita akan
mendebat mereka dengan cara yang terbaik, tidak perlu sampai panik hingga
terjadi keributan sampai beradu fisik.
Cukup dengan memberikan penjelasan yang santun.
Tentunya hal ini (kesantunan) tidak kita temukan pada mereka. Mereka tidak akan
pernah berdialog dan berdebat denganmu dengan santun, karena mereka terbiasa
terdidik untuk tidak bersopan santun. Oleh karena itu, jika ada orang yang
tidak pandai berdebat dengan baik maka jangan engkau layani. Sampai ada yang
mengerti debat dengan cara yang baik, baru kita layani dengan yang lebih baik
lagi. Kalau tidak, maka kita hindari saja.
Namun, jika ada diantara mereka yang berbicara di satu
forum dan kita ada di sana maka kita wajib meresponnya dengan memberikan
penjelasan kepada para pendengar. Selagi di majelis memang ada yang
mendengarkannya dan mengambil manfaat maka kita harus menjelaskan kepadanya permasalahan
yang sebenarnya. Kita tentunya menjelaskannya dengan adab yang santun dan
mereka dengan ketidaksantunan mereka. Biarkan mereka berbicara dengan tidak
santun tapi kita harus tetap berbicara dengan santun.
63
|
“Setiap orang memberi apa yang dia miliki“, jawab
beliau. “Setiap orang memberi apa yang dia miliki. Dia hanya memiliki itu
(cacian) dan saya memiliki ini (do’a)“.
Yang Lebih Tawadlu dan Bersih
Hatinya
Lebih diunggulkan daripada Yang Lebih Alim
Al Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menerangkan bahwa
yang lebih lebih alim belum tentu yang diunggulkan:
Imam Nawawi berumur lebih muda dari Imam Rafi’I, namun
tidak lantas membuat pendapat (qoul) Imam Rafi’I lebih unggul (rajih) daripada
pendapat Imam Nawawi yang lebih muda. Ibnu Hajr Al-Haitamy berkata: “Jika
terdapat pendapat yang berbeda antara Imam Nawawi dan Imam Rafi’I, maka
pendapat yang dipegang (al-‘ibrah) adalah yang disahihkan Imam Nawawi.”
Kenapa?
Karena Imam Nawawi memiliki qulb (hati) yang spiritualitasnya lebih tinggi dibanding Imam Rafi’i. Imam Nawawi menjadi wali quthb (pemimpin para wali) selama 3 tahun 4 bulan, jadi batin syariahnya lebih luar biasa. Sampai pada di sini kita dapat melihat bahwa para ulama jaman dahulu memiliki pandangan yang jauh lebih dalam untuk menggolongkan mana yang qoul rajah, arjah, shahih, ashah, dan mu’tamad. Tidak hanya mengelompokkannya sesuai tingkat kealiman (karena para ulama alimhya sudah luar biasa), namun sampai pada mempertimbangkan tingkat spiritualnya.
Karena Imam Nawawi memiliki qulb (hati) yang spiritualitasnya lebih tinggi dibanding Imam Rafi’i. Imam Nawawi menjadi wali quthb (pemimpin para wali) selama 3 tahun 4 bulan, jadi batin syariahnya lebih luar biasa. Sampai pada di sini kita dapat melihat bahwa para ulama jaman dahulu memiliki pandangan yang jauh lebih dalam untuk menggolongkan mana yang qoul rajah, arjah, shahih, ashah, dan mu’tamad. Tidak hanya mengelompokkannya sesuai tingkat kealiman (karena para ulama alimhya sudah luar biasa), namun sampai pada mempertimbangkan tingkat spiritualnya.
Di kalangan para ulama, Imam Suyuthi bertemu dengan
Baginda Rasulullah 70 kali yaqodzhoh (mata telanjang). Semua itu karena tingkat
martabat kewalian beliau yang agung di hadapan Allah. Sebenarnya Imam Suyuthi
sudah pada tingkat mujtahid muthlak seperti Imam Syafi’I yang kita kenal dengan
bapak Madzhab Syafi’I, tapi beliau lebih memilih bermadzhab Syafi’i. Imam
Suyuthi lebih memilih ittiba’ (mengikuti) madzhab Imam Syafi’I daripada
mendirikan madzhab baru, karena lebih baik mengikuti dan mengembangkan yang
sudah ada daripada membuat yang baru.
Sikap rendah hati (tawadlu’) seperti ini sudah jarang
di jaman sekarang. Seperti ketika di seminar/muktamar, kita malah rebutan:
“Pendapat saya yang ini lebih benar”.
64
|
Penutup
Wahai Saudara ku.......
"Kita sama-sama tahu
bahwa dunia ini adalah tempat menanam dan kelak hasilnya akan dipetik setelah
kita meninggalkan dunia ini"
"Aku tahu dirimu itu
adalah orang pintar, punya pengikut, kamu sudah dikenal, orasi-orasimu itu bisa
menimbulkan semangat ibadah bagi siapa saja yang mendengarkan, dan aku juga
tahu bahwa kamu adalah ahli ibadah, puasa sunnahmu tidak pernah lepas, sholat
malammu selalu terjaga, kepada fakir miskin engkau juga sangat perhatian"
"tapi jangan biarkan
tamanmu itu gersang, ladangmu itu tandus, akibatnya tanaman yang engkau tanam
tidak akan panen di akherat kelak"
sebab bila yang engkau menanam
di dunia ini adalah tanah gersang, tanah yang tandus, bukan tanah yang subur, maka
tanaman yang engkau tanam itu sia-sia
tidak berbuah apapun"
"Kau tahu bahwa hatimu
adalah ladang, ladang untuk menanam bibit kebaikan, tapi sayang ketika kamu
menanam bibit kebaikan itu, pada saat kau menanam hatimu jahat, suka
menggunjing orang lain, suka merendahkan orang lain, suka meremehkan orang
lain, dan suka menfitnah orang lain, dan suka mengadu domba orang lain, maka
pada saat itu bibit-bibit kebaikanmu tidak tumbuh, bibit-bibit surgamu itu mati
karena saat itulah akan terhapus amal-amalmu"
"Dan tanaman yang
bersamaan yang engkau tanaman itu ada penyakit ujubnya"
65
|
Semoga Allah senantiasa
melindungi kita dari sifat-sifat iblis serta senantiasa memberi hidayah, inayah
dan taufiq-Nya serta senantiasa merahmati kita semua.
66
|
Catatan:
67
|
Catatan:
68
|
GUR PINTER DONGENG
NULIS LAN MOCO
Akeh kang apal
Qur’an hadise
seneng ngafirke
marang liyane
kafire dewe dak
digatekke
yen isih kotor
ati akale
Jilid III
Majelis bombongan
Langgen – Talang – Tegal
Al Faqiir ilAllah Az Zawajallah Muhammad
Darudin, M.PdI
Daftar
Isi
1.
PENDAHULUAN
2.
Syi'ir Tanpo Waton
3.
Puisi KH Mustofa Bisri ( Gus Mus )
4.
Cak Nun
5.
Al Imam Al Musnid Ad Dai ilAllah al Habib Umar
6.
Sayyid Alwi bin abbas al Maliki bercerita
7.
Mencium Tangan sang Guru
8.
GUYONAN GUS DUR
9.
WAHABI & POLISI
10. Perbedaan aswaja dan wahabi
11. KISAH
PEMBENCI MAULID
12. USTADZ
MODERN vs KYAI KAMPUNG
13. Guru
Mulia Al Habib Umar bin Salim
14. Perkembangan
Ilmu Hadits
Daftar
Isi
1. Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi VS Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albani
2.
Untung Nabinya Bukan
Anda
3.
Ketika KH Idham Chalid
Mengimami Shalat Subuh Muhammadiyah
4.
Prof. DR. Hamka
5.
Kisah Cerita Seorang
Habaib Ketika Menunaikan Ibadah Haji
6.
WAHABI BERTANYA
7.
Kisah Seorang Aswaja Lugu
8.
Yang Belajar Ngaji ke Seorang Wahabi
Alim
9. Perdebatan Al Hafizh As-Sayyid Ahmad Shiddiq Al-Ghumari Al Hasany
Daftar
Isi
1. al-Imam al-Sayyid 'Alwi bin
Abbas al-Maliki al-Hasani
2. Dialog Ibn Athaillah Al Sakandari Dengan Ibn Taymiyah
3. Aswaja & wahabi
4. Wahabi tobat berkat di cium tangannya
5. Kisah nyata akhwat wahabi tobat
Pesan Al Habib Musa Kadzim Bin Ja'far Assegaf
Pesan Al Habib Musa Kadzim Bin Ja'far Assegaf
6. Nasihat Guru Mulia Al-Habib Umar
7. Yang Lebih Tawadlu dan Bersih Hatinya
8. Penutup
Komentar
Posting Komentar